Serpong, Technology-Indonesia.com – Program pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) telah digagas oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sejak empat tahun lalu dan tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Saat ini, program pembangunan RDE memasuki tahapan detail desain dan telah mendapatkan izin tapak dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Status tersebut merupakan capaian tahapan terdepan untuk desain reaktor generasi IV dibandingkan dengan capaian negara lain di kawasan regional pada jenis reaktor yang sama. Reaktor generasi IV dipilih menjadi tipe RDE dengan alasan mempunyai teknologi keselamatan yang tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
RDE merupakan reaktor daya yang berkapasitas 10 MWt atau setara dengan 3 Mwe, selain menghasilkan listrik juga akan difungsikan untuk proses desalinasi (mengubah air laut menjadi air tawar), produksi hidrogen, dan proses pencairan batubara.
Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan capaian ini merupakan sebuah prestasi yang dicapai oleh BATAN melalui Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) dalam penguasaan teknologi nuklir khususnya dalam bidang reaktor.
“BATAN melalui PTKRN telah melakukan kajian keselamatan dan teknologi reaktor, yang empat tahun terakhir ini telah meyelesaikan desain RDE, desain konversi reaktor Bandung dan ikut menjaga kinerja seluruh reaktor riset merupakan sebuah capaian tersendiri yang perlu disampaikan ke publik,” ujar Djarot pada acara peluncuran Detail Desain Tahap Awal RDE di Kawasan Nuklir Serpong, Puspiptek, Tangerang Selatan, Jumat (16/11/2018).

Ia menegaskan, dari aspek perizinan, pengembangan detail desain RDE merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan persetujuan desain dari Bapeten. Secara formal, tahap persetujuan ini sudah diajukan sejak 27 Juli 2018 dengan mengirimkan sebagian dokumen yang dipersyaratkan yakni dokumen detail desain dan dokumen laporan analisis keselamatan. Djarot berharap mendapatkan persetujuan desain pada 2020 dan pada 2021 diharapkan izin konstruksi sudah didapat.
Djarot mengisahkan, pada awal perjalanan pihaknya ingin membeli desain langsung jadi dari luar negeri. Namun ternyata tawaran dari berbagai vendor sangat mahal sekitar 300 juta US$. “Akhirnya kita desain sendiri oleh Batan yang kemudian membentuk konsorsium yang terdiri dari beberapa perguruan tinggi, BUMN dan perusahaan swasta,” terangnya.
Meskipun desain RDE bisa dikerjakan di dalam negeri, namun Djarot menyadari bahwa di bagian reaktor pihaknya masih harus belajar. Karena itu, Batan memanfaatkan joint lab dengan Tiongkok. “Kita bisa belajar dari mereka bagaimana menyusun suatu program High Temperature Gas-Cooled Reactor (HTGR). Tapi saat membangun kita terbuka bekerjasama dengan siapa saja,” tutur Djarot.
Pengembangan detail desain RDE melibatkan personil dari berbagai bidang keahlian diantaranya keselamatan dan safeguard nuklir, desain proses, mekanik dan pemipaan, instrumentasi dan kendali, elektrik, serta tapak dan sipil. Selain bidang teknis, dalam pengembangan ini juga melibatkan kemampuan di bidang aspek sosialisasi, persiapan infrastruktur dan ekonomi.
“Dalam pengerjaannya, BATAN bekerja sama dengan berbagai lembaga yaitu Kemenristekdikti, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), ITB (Institut Teknologi Bandung), IPB (Institut Pertanian Bogor), Universitas Indonesia, dan Universitas Pertamina,” tambahnya.
Namun demikian, dalam pengerjaan pengembangan desain ini, Djarot mengakui menghadapi kendala yang mendasar yakni kurangnya ahli nuklir di Indonesia baik di pemerintahan maupun swasta yang mampu menjelaskan kemampuan Indonesia dalam penguasaan teknologi reaktor.
“Sebagian kalangan di pemerintah gamang terhadap program semacam RDE maka dengan label merah putih, affrodable atau lebih terjangkau dan didukung banyak pihak diharapkan tantangan tersebut bisa teratasi,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut dilaksanakan peluncuran enam produk inovasi PTKRN yang beberapa diantaranya terkait pengoperasian reaktor nuklir. “Beberapa produk terkait dengan bagaimana mengoperasikan reaktor nuklir yang aman baik reaktor riset, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) komersial maupun RDE kedepan,” tutur Kepala PTKRN, Geni Rina Sunaryo.
Geni memerinci produk yang diluncurkan antara lain Smart Management Asset Database Reaktor Serba Guna, Simulator RDE, Online monitoring proses produksi radioisotop, Alat pemantau kesehatan rotary machine, Sistem informasi pengelolaan publikasi, dan Dokumen detail desain RDE.