Jika studi kelayakan pembangunan PLTN di Pulau Bangka bisa selesai pada 2013 mendatang pasokan listrik Jawa, Madura dan Bali akan bertambah.
“Nantinya di Bangka Selatan diproyeksikan bisa menghasilkan 8000 MW dan dari Bangka Barat akan memproduksi 10.000 MW. Jika studi kelayakannya rampung tahun depan,” ungkap Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN, Dr.Ir. A. Sarwiyana Sastatenaya di Jakarta, Kamis (27/8).
Saat ini lanjut Sarwiyana, studi kelayakan pemilihan lokasi (tapak) sudah masuk tahap data koleksi dan survei refleksi seismik untuk mengetahui potensi patahan akibat kegempaan.
“Sampai sekarang masih berlangsung dan terus dimonitor perkembangannya. Sehingga memasuki tahapan terakhir kita mulai menjajagi dengan PLN. Semua tahapan awal sampai akhir pada 2013 akan kita integrasikan. Dan kita buatkan laporan lengkapnya,” tuturnya.
Sarwiyana menjelaskan pemilihan tapak dalam pembangunan PLTN sangat penting dan mendasar. Karena sekecil apapun kesalahan dan penetapan kriteria yang disederhanakan dapat memengaruhi keselamatan dan ekonomi serius.
Maka pemilihan dan evaluasi tahap harus memperhatikan faktor keselamatan secara ketat.
Meski demikian Sarwiyana belum bisa menjamin pembangunan reaktor nuklir di Pulau Bangka tersebut. “Bangun reaktor waktunya tidak sebentar dan butuh sekitar Rp 30-50 triliun untuk hasilkan 1000 MW,” katanya.
Untuk itu pemilihan lokasi harus cermat dan hati-hati termasuk memperhitungkan potensi gempa dan tsunami. “Bangka dipilih karena sudah dianggap lebih aman dari daerah lain,” ucap Sarwiyana.
Kejadian Fukushima lanjutnya menunjukkan pentingnya penetapan lokasi yang aman dengan desain yang lebih baik dan memperhitungkan sekecil apapun potensi bahayanya.
Saat ini hanya Indonesia dan Bangladesh yang belum memiliki PLTN. Sementara Cina sudah mengoperasikan 15 PLTN dan Vietnam dua PLTN.