Indonesia Darurat Energi

Jakarta – Indonesia saat ini sudah memasuki lampu kuning dalam penyediaan energi nasional. Sepuluh tahun ke depan (2028) diprediksikan Indonesia akan menjadi negara pengimpor gas bumi (net importer). Bahkan berpotensi menjadi negara pengimpor batu bara juga pada 2048.

Hal itu terungkap dalam Buku Outlook Energi Indonesia Badan Pengkajian dan Penerapa Teknologi (BPPT-OEI) 2018 yang diluncurkan di Jakarta, Selasa (25/9/2018).

“Indonesia sudah berada dalam dalam kondisi darurat energi. Sejak 2004, sudah menjadi net importir minyak bumi karena ketersediaan energi fosil semakin berkurang, bahkan  diperkirakan akan segera habis,” ujar Unggul Priyanto, Kepala BPPT.

Bila jumlah cadangan tidak bertambah dan kebutuhan meningkat seperti dalam proyeksi, kata Unggul,  maka pada 2028 akan menjadi negara importir  gas bumi, bahkan pada 2032 menjadi negara importir energi keseluruhan kecuali batu bara yang diprediksikan dalam kondisi net importir (nilai impor lebih tinggi  dari ekspor) pada 2038.

“Perlu terus ditingkatkan penerapan  teknologi energi terbarukan dan meningkatkan penggunaan energi yang efisien guna  mengurangi ketergantungan penggunaan energi fosil,” ujar Unggul.

Masalah utama saat ini, kata Unggul, sektor transportasi yang menyerap  sekitar 94 persen bahan bakar minyak. “Jadi perlu diterapkan berbagai inovasi teknologi untuk perbaikan sistem transportasi yang bisa lebih menghemat penggunaan energi,” ujarnya.

Penerapan inovasi berdasarkan kasus untuk transportasi darat di Jabodetabek, lanjut Unggul, diantaranya perpindahan moda transportasi, dari angkutan pribadi ke Bus Rapid Transit (BRT), Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT) dan Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line (CL)

Cara lain, menggantikan bahan bakar minyak (BBM), dengan listrik, bahan bakar gas (BBG), dan bahan bakar nabati (BBN), peningkatan efisiensi energi, untuk mobil penumpang, sepeda motor, bus dan truk, serta Commuter Line .

Di bidang batu bara, kata Unggul, bisa dilakukan penambahan kapasitas PLTU batubara di mulut tambang, karena setengah dari sumber daya batubara yang ada berkalori rendah (< 5100 kcal/kg). “Batubara kalori rendah tidak ekonomis untuk ditransportasi,” ujarnya.

Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT) BPPT, Gatot Dwianto mengatakan BPPT memang secara berkala menerbitkan Buku Outlook Energi Indonesia (BPPT-OEI). “Buku OEI ini diterbitkan dengan mengangkat tema khusus sesuai permasalahan energi yang sedang mengemuka. Buku BPPT-OEI 2018 ini merupakan penerbitan yang ke sepuluh dan kali ini mengambil tema Energi Berkelanjutan untuk Transportasi Darat,” tuturnya.

Foto : Humas BPPT

You May Also Like

More From Author