Prof. Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc., Profesor Riset Bidang Konservasi dan Pengelolaan Lingkungan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling besar di dunia. Sekitar 89.326 spesies tumbuhan berspora (termasuk paku) dan 19.232 spesies tumbuhan berbunga tumbuh di Indonesia. Jika kekayaan hayati di ekosistem laut terdokumentasi lengkap, Indonesia diprediksi menjadi kawasan paling kaya di dunia.

Namun, di satu sisi, keanekaragaman tumbuhan di Indonesia mengalami ancaman kepunahan yang makin serius, dari 386 spesies terancam punah pada 2009 menjadi 437 pada 2018. “Jika kategori Hampir Terancam (Near Threatened) dimasukkan jumlahnya bahkan meningkat mencapai 600 spesies,” jelas Didik Widyatmoko, Peneliti dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam orasi Pengukuhan Profesor Riset di Jakarta pada Selasa (18/12/2018).

Didik dalam orasinya berjudul “Inovasi dan Strategi Konservasi Tumbuhan Indonesia untuk Mengurangi Laju Kepunahan” menyampaikan bahwa inovasi dan strategi konservasi tumbuhan Indonesia sangat diperlukan karena lebih dari 50% spesies pohon bernilai komersial.

“Sekitar 1.300 spesies berkhasiat obat, berbagai spesies berpotensi pangan, dan sebagian besar tumbuhan langka Indonesia belum diteliti,” ungkapnya.

Peneliti kelahiran Sragen, 28 Agustus 1962 ini menyatakan, Kebun Raya memiliki fungsi konservasi sangat strategis karena saat ini mengelola sekitar 104.761 spesimen ilmiah terdiri atas 7.365 spesies, atau sekitar 34,4% tumbuhan berbunga dan paku Indonesia.

“Koleksi ilmiah berupa cadangan sumberdaya genetik yang tidak ternilai harganya tersebut tersimpan di 37 Kebun Raya Indonesia yang memberikan kontribusi sangat signifikan bagi konservasi global,” terang Didik.

Ia juga menyatakan, kawasan konservasi ex- situ (kebun raya) dan in-situ merupakan kekuatan besar bukan hanya dalam konservasi tumbuhan, tetapi juga menjadi modal besar pembangunan ekonomi dan sosial bangsa.

Menekuni Bidang Konservasi Tumbuhan

Didik Widyatmoko menamatkan Sekolah Dasar Negeri Lemahbang/Karanganyar 1 Sragen pada 1974, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sragen pada 1977, dan Sekolah Menengah Atas Negeri I Sragen pada 1981. Ia memperoleh gelar sarjana Biologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada 1986; memperoleh gelar Master of Forestry Science dari University of Canterbury, New Zealand, pada 1994; dan gelar Doktor dalam IImu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, pada 2001.

Terkait bidang kompetensinya, Didik mengikuti beberapa pelatihan yaitu Palm Identification, Taxonomy, and Conservation di Kew Botanic Gardens pada 1996; Botanic Gardens Plant Collections, Inventory, and Database Managemet di Kew Botanic Gardens pada 1996; Botanic Gardens: dan Database Management and Emphasizing Conservation in Botanic Gardens Collections di Kew Botanic Gardens tahun 1996. Pelatihan lainnya, Procedures and Protocols for Collections Registration and Database Management di Kew Botanic Gardens 1997; Geographic Information System (GIS) and Remote Sensing: Population Modeling for Threatened Plant Species di University of Melbourne pada 2004, dan Postdoctoral Research Fellowship: Threatened Plant Population Modeling and Environmental Risk Assessment di University of Melbourne pada 2004-200.

Putra pertama (dari lima bersaudara) pasangan H. Soewito, BA. (alm.) dan Hj. Sri Rubiyati ini menduduki beberapa jabatan struktural di LIPI, yaitu sebagai Kepala Subseksi Koleksi/EV Cabang Balai Kebun Raya Cibodas LIPI (1991 1992); Kepala Seksi Registrasi Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI (1997-1998); Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI (2002-2003); Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI (2007-2013); dan Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI (2013-sekarang).

Jabatan fungsional peneliti diawali sebagai Peneliti Ahli Muda, tahun 1991; Peneliti Ahli Madya, tahun 1996; dan Peneliti Ahli Utama, tahun 2015. Didik telah menghasilkan 65 karya tulis ilmiah yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain dalam bentuk buku, jurnal, prosiding, dan makalah.

Suami Siti Roosita Ariati ini ikut serta dalam pembinaan kader ilmiah sebagai pengajar mata kuliah bidang Manajemen Plasma Nutfah Tumbuhan/ Konservasi Biodiversitas Tropika pada IPB, UGM, Universitas Indonesia, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Islam Negeri Riau, dan Universitas Negeri Malang; serta pembimbing skripsi (S1), tesis (S2), dan disertasi (S3) pada Fakultas Kehutanan dan Fakultas MIPA, IPB.

Didik aktif dalam organisasi profesi ilmiah sebagai anggota National Focal Point Global Strategy for Plant Conservation (GSPC)-UN CBD (2014-sekarang), anggota Himpunan Peneliti Indonesia/Himpenindo (2014 sekarang), Sekretaris Jenderal International Association of Botanic Gardens (IABG) untuk Divisi/Benua Asia (2015-2020), Ketua III Pengurus Pusat Perhimpunan Biologi Indonesia/PBI (2015-2020), Ketua Bidang Kerja Sama dan Pengabdian, Pengurus Pusat PBI (2018-2023); dan Komisioner Global Partnership for Plant Conservation/ GPPC (2016-sekarang).

Ayah dari Safira Prabawidya Pusparani dan Irfan Alfieri Widyatmoko ini memperoleh tanda penghargaan Satyalancana Karya Satya X Tahun (2006); XX Tahun (2009) XXX Tahun (2018); dan Satya Lancana Wirakarya (2016) dari Presiden Republik Indonesia.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author