Periset BRIN Tekankan Pentingnya Masyarakat Memiliki Peta Bahaya Tsunami

TechnologyIndonesia.ic – Periset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menekankan perlunya menetapkan wilayah bahaya tsunami dan masyarakat perlu memiliki peta bahaya tsunami.

Beberapa wilayah di Indonesia pernah mengalami tsunami, sehingga masyarakat harus lebih waspada dalam menghadapi risiko ketika terjadi bahaya tsunami.

Terkait kesiapan tsunami dalam kerangka piloting UNESCO-IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission) Tsunami Ready, Menurut Rahma ada beberapa indikator yang harus dilakukan. Salah satunya agar ditetapkannya wilayah bahaya tsunami, dan masyarakat memiliki peta bahaya tsunami.

Rahma menyampaikan hal tersebut saat gelaran Geohazard #3 Tsunami Hazards In Indonesia: a workshop to discuss recent events, their impact and their mitigation. Workshop ini merupakan kerja sama antara PRKG BRIN dan British Geological Survey (BGS) di Bandung pada Jum’at (15/3/2024).

“Dengan pembuatan peta risiko tsunami dan peta jalur evakuasi berbasis teknologi foto udara, bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat pesisir terhadap tsunami. Tentunya dalam rangka meminimalkan korban jiwa dan kerugian ekonomi,” imbuhnya.

Untuk membangun penguatan kesiapsiagaan tsunami, Rahma menekankan semua pihak untuk melakukan standarisasi penerapan sistem peringatan dini tsunami di daerah rawan bencana. Dengan metode, persyaratan, dan prosedur praktik terbaik, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan tsunami.

“Tentunya substansi penguatan kesiapsiagaan tsunami ini meliputi Risk Assessment, Penyebaran dan Komunikasi Pengetahuan, Layanan Pemantauan dan Peringatan, Response Capability, Komitmen otoritas dan masyarakat terhadap keberlanjutan Sistem Peringatan Dini,” imbaunya.

David Tappin, nara sumber dari BGS menyatakan, biasanya tsunami dipelajari oleh para seismolog karena sumber gempa bumi yang dominan.

“Namun, sejak akhir tahun 1980-an, para ahli geosains mengungkapkan bahwa gempa bumi bukan satu-satunya sumber tsunami. Melainkan longsoran sedimen di bawah laut maupun permukaan atau subaerial juga merupakan sumber dari tsunami,” tuturnya.

Menurut David, gempa bumi dapat menghasilkan tsunami secara tidak langsung melalui tanah longsor koseismik. Tsunami yang terutama disebabkan oleh perpindahan komponen vertikal dasar laut dari bawah ke atas, pada wilayah perpindahan dasar laut yang lebih luas cenderung menghasilkan tsunami dengan jangka waktu yang lama.

“Gaya dorong dan patahan normal merupakan sumber langsung tsunami dibandingkan strike slip atau sesar yaitu gaya gesekan yang membuat lempeng-lempeng saling bergerak. Dorongan dan patahan yang jatuh menukik tajam adalah yang paling utama penyebab tsunami,” tuturnya.

David Tappin juga menambahkan, berdasarkan besarannya, tidak semua gempa menimbulkan tsunami. Menurutnya, tsunami yang berbahaya disebabkan oleh gempa bumi yang lebih besar dari 7 magnitudo. Bahkan untuk peristiwa tsunami yang besar kekuatan gempanya adalah pada 8 sampai 9 magnitudo.

“Tiga proses yang harus diperhatikan berdasar dampaknya dari tsunami adalah sumber pembuatan gelombang, perbanyakan gelombang melalui lautan. Kemudian run-up atau ketinggian tsunami pada titik inundasi maksimum di daratan, dihitung dari referensi muka air laut di darat,” tegas David.

Menurut laman gawpalu.id, inundasi adalah jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai. Semakin landai pantai maka jarak jangkauan inundasi semakin jauh dan panjang dari garis pantai.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari menyebutkan, bencana tsunami perlu dipelajari dengan baik sehingga dapat memberikan peringatan dini dan mengedukasi masyarakat. Sehingga jika terjadi bencana tsunami jatuhnya korban dapat diminimalisir.

“Kita juga harus memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa Indonesia termasuk wilayah yang rawan terjadinya bencana termasuk bencana tsunami juga penting sehingga meningkatkan kewaspadaan yang tinggi. Paham mengenai bahaya tsunami, seperti bagaimana terjadinya, bagaimana dampaknya, dan bagaimana mitigasinya,” tuturnya.

Dalam riset kebencanaan yang mampu menunjukkan sumber suatu bencana sangat penting, karena dari sumber itulah dapat ditentukan teknologi mitigasinya. Demikian juga dengan bencana tsunami dimana dampak yang ditimbulkan dari bencana ini sangat besar.

Selain terjadi kerusakan sarana dan prasarana, bahkan korban jiwa. Bencana tsunami pada akhirnya memberikan dampak terhadap perekonomian bahkan kemanusiaan. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author