Periset BRIN Berbagi Pengetahuan Cara Hadapi Bencana di SMA Negeri 1 Purbalingga

TechnologyIndonesia.id – Hingga 4 Desember 2024, Indonesia mengalami 1.889 kejadian bencana. Bencana alam didominasi bencana hidrometeorologi sebanyak 98,84% dan bencana geologi sebesar 1,16%. Bencana alam yang dominan yaitu banjir, cuaca ekstrim, kebakaran hutan dan lahan, serta tanah longsor.

Periset Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan hal tersebut di ajang IKAGA Campus Expo, Minggu (26/1/2025) di lapangan SMA Negeri 1 Purbalingga. Di ajang tersebut, Rahma membagi pengetahuan dan cara menghadapi bencana tak terduga bagi pelajar di seluruh Kabupaten Purbalingga.

“Indonesia merupakan lokasi yang unik dan dapat dikatakan sebagai pusat bencana. Berbagai bencana terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, erupsi gunung berapi, tanah longsor, banjir, hingga tsunami,” ujarnya.

Ia menyebut, gempa bumi dapat dipelajari sumber dan karakteristiknya secara interdisipliner kolaboratif, yaitu geodesi, geofisika, geologi, geografi, teknik sipil, teknologi informasi, dan planologi.

”Hasil penelitiannya sudah menjadi produk acuan nasional sebagai Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia,” tutur Rahma.

Gempa merupakan gerakan tiba-tiba yang terjadi di dalam kerak atau lempeng bumi atau mantel bagian atas.

”Di Indonesia, gempa dapat terjadi di mana saja dan memiliki potensi menimbulkan kerusakan besar dalam waktu singkat. Banyak peristiwa gempa yang telah terjadi di Indonesia, sebagai contoh gempa dan tsunami Aceh (2004), gempa Palu (2018), dan gempa Cianjur (2022),” paparnya.

Dengan banyaknya kejadian gempa di Indonesia, maka perlu dilakukan inovasi untuk mitigasi gempa. ”Pemasangan alat detektor tsunami, pembuatan protap evakuasi tsunami, hingga simulasi tanggap bencana telah dilakukan, sebagai contoh di daerah Lebak Selatan,” terang Rahma.

Ketika terjadi gempa, ia menjelaskan strategi penyelamatan diri dengan 3B atau Bersimpuh, Bertahan, Berlindung.

”Tetap tenang, lindungi kepala, dan berdoa. Pada saat terjadi gempa, sebisa mungkin mencari perlindungan, bisa di bawah meja. jika tidak ada meja, dapat bersimpuh, dan lindungi kepala,” imbuhnya.

Menurut Rahma, penting membangun pendidikan tangguh bencana. Ada tiga pilar dalam membangun pendidikan tangguh bencana, terdiri dari fasilitas sekolah yang aman, manajemen bencana di sekolah, serta pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana.

Dari hasil pemaparannya, Rahma berharap masyarakat Indonesia khususnya pelajar di SMA Negeri 1 Purbalingga dan sekitarnya, dapat memperoleh informasi tepat guna untuk mengurangi risiko bencana.

IKAGA Campus Expo digelar oleh SMA Negeri 1 Purbalingga pada 25-26 Januari 2025. Acara ini merupakan inisiasi IKAGA sebagai organisasi Alumni SMA 1 Negeri Purbalingga, sebagai wujud kontribusi nyata alumni untuk civitas akademika SMA Negeri 1 Purbalingga dan pelajar di seluruh Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya.

Salah satu tujuan dari IKAGA Campus Expo tersebut untuk memberikan inspirasi dan menambah wawasan para pelajar melalui talkshow. Dengan narasumber dari alumni maupun narasumber tamu dengan berbagai macam latar belakang ilmu dan profesi, termasuk para periset BRIN. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author