Pastikan Adanya Sesar Cugenang, BRIN Lakukan Pemetaan 5 Lokasi di Cianjur

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kebencaan Geologi (PRKG) melakukan pemetaan untuk menentukan jalur patahan atau sesar yang memicu terjadinya gempa bumi di Cianjur. Hal ini dilakukan guna memastikan dugaan adanya sesar Cugenang.

Melansir dari laman brin.go.id, Kepala PRKG BRIN Adrin Tohari menyampaikan rencananya ada 5 titik lokasi yang dilakukan survei guna menentukan patahan sesar yang memicu gempa bumi di Cianjur akhir November tahun lalu.

“Rencana ada 5 titik untuk survei yang lokal ini, tetapi karena kita ingin mencari sesuatu yang kira-kira sudah terlihat di permukaan, maka kita memilih lokasi contohnya di Rawa Cina besok. Nanti yang lainnya itu kita lihat dari intepretasikan ada yang banyak rekahan di jalan, maka disitu terasosiasi dengan adanya sesar di permukaan,” kata Adrin saat di wawancarai, di Desa Mangunkerta, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Kamis (27/7/2023).

Dia menjelaskan bahwa untuk menentukan lokasi pemetaan, dilakukan pendekatan untuk mengintepretasikan kemana kira-kira arah jalur sesarnya dengan menggunakan citra satelit. Dari situ, maka ditentukanlah titk-titik lokasi untuk dilakukan pemetaan secara detail.

Jadi ada pendekatan untuk mengintrepretasikan mana kira-kira jalur sesarnya, arahnya kemana, dengan menggunakan citra satelit. Dari pengolahan data itu, maka dapat dilihat ada yang positif atau negatif.

“Jadi kita tentukan bukan tiba-tiba kita datang ke sini, tapi ini sudah ada data dasar yang kita olah yang kita intepretasikan itu menggunakan citra satelit,” ucapnya.

Di lokasi -lokasi yang memang dicurigai dilewati patahan, maka timnya akan melakukan pemetaan dengan menggunakan dua perangkat deteksi, yakni Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar. Pemetaan yang dilakukan untuk meneliti dugaan jalur patahan atau sesar yang memicu gempa Magnitudo (M) 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, hingga kedalaman 50 kilometer dari permukaan tanah.

“Jadi maksimum 50 meter kita dapat (deteksi), tapi bukan gambaran merata, di tengah-tengahnya dia 50 meter tetapi ke kiri dan kanannya dia akan mengerucut atau semakin dangkal,” jelas Adrin.

Kemudian dia menjelaskan bahwa di masjid dekat daerah tapal kuda sudah ditemukan adanya sesar yang bergerak dan muncul ke permukaan, yang mengindikasikan adanya jalur sesar. Dijelaskannya bahwa sumber gempa di Cianjur itu sifatnya terkubur, jadi rekahannya tidak semua muncul ke permukaan.

“Di masjid yang sekarang lagi mau di renovasi itu, kita menemukan sesar itu muncul ke permukaan, jadi dia bergerak. Kita melihatnya seperti binatang bawah tanah yang bergerak, yang mengindikasikan adanya jalur sesar, yang menyebabkan masjid itu seolah-olah hancur, karena memang tidak dari dasar tanahnya terjadi suatu goncangan yang kuat,” tambahnya.

Sementara itu, Peneliti di PRKG BRIN Bambang Sugiarto mengatakan bahwa berdasarkan hipotesis awal, dicurigai adanya patahan sesar Cugenang yang menjadi penyebab gempa bumi di Cianjur. Dia menyatakan bahwa ada lima area di empat desa yang ada di Kecamatan Cugenang, Cianjur yang dicurigai terdapat patahan sesar.

“Sudah kita evaluasi juga, di tahap 1 ini ada 5 area yang kita curigai ada patahan sesar yaitu di 4 desa, di Kecamatan Cugenang ini, yaitu di Desa Cibulakan, Desa Benjot, Desa Gasol dan Desa Mangunkerta,” katanya Bambang.

Dikatakannya berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan kementerian serta lembaga lainnya bahwa sesar Cugenang ini memang ada, tetapi belum bisa dikonfirmasi lokasi patahannya.

“Sesar Cugenang dari koresponden BMKG dan kementerian, serta lembaga terkait juga sudah disampaikan, tapi kita belum confirm atau satu suara,” lanjutnya.

Menurutnya sesar patahan di Cugenang sampai saat ini belum ditemukan. Dia menjelaskan bahwa jika ditemukan, maka parameter sesar aktifnya sudah jelas.

“Belum ditemukan karena disebut ditemukan itu kalau data parameter sesar aktifnya sudah jelas, panjangnya dimana, titik koordinatnya dimana, lewati area mana, miringnya kemana, kedalamannya berapa, itu yang sedang kita lakukan, kita harus dapat persis posisi patahannya dimana, dalamnya berapa, panjangnya berapa, serta daerah mana yang harus diwaspadai akan dilewati patahan tersebut,” tambahnya.

Sementara itu, dia menekankan bahwa masyarakat juga mesti waspada, karena terkadang memang di bawah permukaan yang harus diwaspadai, tiba-tiba sudah menganggapnya aman, tetapi ternyata ada patahan yang berbahaya. Seperti diketahui, Kabupaten Cianjur dilanda gempa bumi yang berpusat di 10 km arah barat daya dari Kabupaten Cianjur dengan kedalaman gempa 10 km.

Adapun gempa itu memiliki dampak yang sangat besar hingga menyebabkan banyak korban, dan getarannya terasa hingga Jakarta. Gempa bumi di Cianjur ini termasuk dengan sifat sesar mendatar karena energi yang dilepaskan juga berangsur-angsur.Dia menjelaskan bahwa sejak terjadi gempa bumi pertama, sampai saat ini di Cianjur masih terus terjadi gempa susulan bahkan sampai Mei 2023.

“Kita lakukan evaluasi dari data penelitian riset yang lalu yang sudah ada dari banyak instansi dan lembaga, universitas masih belum jelas, sesar atau patahan atau sumber gempa bumi yang menyebabkan gempa bumi Cianjur ini,” imbuh Bambang.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author