Technology-Indonesia.com – Banjir dahsyat akibat jebolnya dua bendungan di Derna, Libya pada Minggu (10/9/2023) menelan korban lebih dari 4.200 jiwa. Banjir dahsyat itu juga menyapu permukiman hingga mengakibatkan 43 ribu lebih jiwa kehilangan tempat tinggalnya.
Pemerintah Indonesia memutuskan memberikan bantuan kemanusiaan untuk Libya dengan total 46 ton senilai Rp 13,9 miliar. Pada hari Senin (2/10/2023) dini hari, misi pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Libya dilakukan setelah sempat tertunda dari rencana awal, yakni Kamis (27/9/2023).
Dari terminal kargo Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang diwakili oleh Plt. Deputi Bidang 2 Kemenko PMK, Sorni Paskah Daeli bersama Sekretaris Utama BNPB, Rustian yang mewakili Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., melepas bantuan itu.
Bantuan tersebut diberangkatkan bersama rombongan yang terdiri dari Sekretaris Utama BNPB, Rustian, Anggota DPR RI Obon Tabroni termasuk delegasi lain dari Kemlu, Kemkes dan BPKP.
Jalan yang Berliku
Proses menuju pelaksanaan misi pengiriman bantuan ini tak selamanya berjalan dengan mulus dan harus melewati jalan yang berliku. Koordinasi hingga negosiasi yang cukup panjang dilakukan antara pihak BNPB, Kemlu, KBRI, KJRI dengan Libya maupun maskapai penerbangan pada menit injury time. Hal ini menyebabkan mundurnya jadwal pengiriman bantuan dari waktu awal yang sudah direncanakan.
Sesuai rencana awal, Pemerintah Indonesia akan mengirimkan bantuan dengan maskapai domestik. Namun hal itu harus diurungkan karena berbagai hal di antaranya adalah maskapai domestik ternyata belum mengantongi asuransi penerbangan ke Libya. Jika terjadi kendala maka pihak maskapai tidak dapat mengklaim asuransi. Di samping itu maskapai domestik belum memiliki izin terbang di wilayah langit “Maghreb Afrika Utara”.
Setelah melalui proses yang cukup memakan waktu, pengiriman bantuan ini akhirnya dipercayakan kepada maskapai Terra Avia, yang dinilai memiliki persyaratan dan kelengkapan terbang serta dapat menjamin keseluruhan yang dibutuhkan dalam misi kemanusiaan ke Libya ini.
Terra Avia ini merupakan maskapai milik Republik Moldova yang melayani sewa/carter maupun penerbangan berjadwal berbasis di Eropa Timur. Rata-rata, maskapai ini melayani carter untuk ibadah haji maupun umroh ke Tanah Suci, termasuk pengiriman kargo.
Adapun pesawat yang digunakan berjenis Boeing 747-400 dengan ciri berwarna putih, lambung berwana biru tua dan terdapat gambar wajah harimau dibagian moncong pesawat.
Pesawat jumbo jet itu lepas landas pada pukul 03.38 WIB mengangkut rombongan beserta jenis bantuan yang meliputi tenda pengungsi 5 set, tenda keluarga 100 set, genset 2kVA 20 unit, velbed 1.000 unit, kasir lipat 500 buah, dan peralatan kebersihan 1.500 pak.
Bantuan lain berupa pakaian anak 5.000 potong, pakaian dewasa 2.500 potong, pakaian dalam 2.000 potong, perkakas tukang 100 kit, kain kafan 1.000 lembar, kantong jenazah 1.000 lembar, lampu solar 30 unit, rendang kemasan 5.000 paket, susu protein 5.000 paket dan makanan siap saji 5.000 paket.
Bantuan peralatan kesehatan meliputi alat kesehatan darurat 6 buah, perlengkapan higienis balita 65 paket, perlengkapan higienis ibu hamil 39 paket, perlengkapan higienis bayi 42 paket, disinfektan 60 paket, alat penyemprot disinfektan 15 unit, alat penyuling dan penjernih air 4 unit, MP ASI 1 ton dan PMT ibu hamil 1 ton.
Bantuan Tiba di Libya
Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih 11 jam atau pukul 10.52 waktu Libya, bantuan kemanusiaan itu tiba di Bandara Internasional Benina, Benghazi, Libya. Awalnya bantuan ini direncanakan untuk dapat diturunkan di Tripoli yang berada di Libya Barat. Namun dengan berbagai aspek pertimbangan, maka pesawat kemudian diarahkan ke Benghazi, wilayah Libya Timur.
Setelah pesawat berhenti dengan sempurna, pihak ground handling dan kru kargo bandara segera bergegas membongkar isi perut burung besi yang bertengger di apron khusus kargo. Rombongan delegasi, sebagai representasi masyarakat Indonesia pun turun menuju ruang VIP bandara.
Di sana perwakilan Red Crescent Libya atau Palang Merah Libya telah menanti, termasuk KBRI, KJRI dan tim aju BNPB yang lebih dulu datang untuk mengurus segala persyaratan dan memastikan proses pengiriman bantuan dapat berjalan sesuai harapan.
Sekretaris Utama BNPB Rustian dan Anggota DPR RI disambut hangat. Tanpa berlama-lama, upacara serah terima barang bantuan itu dilaksanakan sesaat setelah rombongan menginjakkan kaki di Libya. Usai serah terima, Sekretaris Utama BNPB menandatangani dokumen bersama Sekjen Red Crescent wilayah Benghazi, Libya, Omer Ali Budabous di gedung VIP Bandara Benina.
Mewakili masyarakat Libya, Sekjen Red Crescent wilayah Benghazi, Libya, Omer Ali Budabous mengatakan bahwa kehadiran delegasi Indonesia beserta bantuannya sangat berarti bagi masyarakat terdampak bencana di Libya. Atas bantuan itu, Omer Ali mengucapkan rasa terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas kepeduliannya terhadap masyarakat Libya.
“Beberapa hal yang lalu terjadi bencana di daerah kita Derna, Libya. Masyarakat kami merasakan dampak bencana termasuk kerugian materi atau non materi. Sehingga kehadiran bantuan dari masyarakat Indonesia ini sendiri cukup berarti dan sangat membantu masyarakat kami yang terkena dampak bencana tersebut,” ucap Omer Ali.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas bantuan ini sehingga ini bisa membantu menenangkan masyarakat yang terdampak bencana yang ada di Libya,” imbuhnya.
Kurang lebih tiga jam setelah proses bongkar muat dan penyerahan bantuan secara simbolis, rombongan delegasi beserta tim aju langsung pamit kembali ke Tanah Air. Menggunakan pesawat yang sama, rombongan tersebut terbang menuju Turki untuk transit dan melanjutkan kepulangan ke Indonesia di hari berikutnya.