Tangsel, Technology-Indonesia.com – Sebagian besar wilayah Indonesia masuk ke dalam jalur cincin api (ring of fire) sehingga berpotensi terjadinya bencana alam termasuk gempa bumi. Ketersediaan bangunan tahan gempa menjadi suatu kebutuhan untuk meminimalisir kerugian dan korban jiwa akibat gempa bumi.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memandang perlu adanya suatu inovasi teknologi bangunan rumah tahan gempa yang meliputi desain, konstruksi, material, pengujian struktur untuk menghasilkan bangunan tahan gempa.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, risiko bencana gempa bumi, khususnya yang mengakibatkan kerusakan bangunan baik kerusakan berat, sedang, maupun ringan perlu diantisipasi dengan hunian atau rumah yang didesain tahan terhadap gempa, baik secara struktur, konstruksi dan material.
“Kesadaran itulah yang menggerakkan para perekayasa BPPT untuk melahirkan inovasi rumah komposit tahan gempa ini,” kata Hammam saat acara Serah Terima Hibah Contoh Rumah Komposit Tahan Gempa (RKTG) kepada Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) di Desa Keranggan, Kecamatan Setu pada Rabu (16/6/2021).
Kurangnya kesadaran masyarakat di daerah rawan bencana gempa untuk membangun rumah/gedung dengan material dan komponen struktur serta teknik ketahanan terhadap gempa mendorong BPPT dalam hal ini Pusat Teknologi Material, Kedeputian TIEM telah melakukan desain dan pengembangan bangunan rumah komposit dengan konsep cepat bangun sejak tahun 2016.
Lebih lanjut Hammam menjelaskan bahwa pada 2019, BPPT berhasil membuat prototipe Bale Kohana (Komposit Tahan Gempa) di Puspiptek Serpong. Prototipe Bale Kohana juga dibangun di Baron Techno Park, Yogyakarta. Bale Kohana ini merupakan cikal bakal dari Rumah Komposit Tahan Gempa (RKTG).
Pada 2020, BPPT membangun sebuah prototipe RKTG yang akan digunakan sebagai sarana posko bencana oleh Balai Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel di wilayah Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangsel sebagai solusi mendukung program infrastruktur mitigasi bencana.
Hammam menilai kehadiran RKTG di Keranggan akan semakin menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat untuk membangun rumah/gedung yang memenuhi kriteria bangunan tahan gempa. “Kami yakin bahwa hal ini bukan sebuah karya biasa-biasa saja tapi karya yang sudah disertai dengan kesadaran membangun sebuah struktur tahan gempa tahan api berbagai fitur yang lainnya,” tuturnya.
Hammam berharap dukungan sinergi kerjasama yang telah dilakukan selama ini oleh berbagai pihak, terutama kesiapan komersialisasi produk RKTG baik dari mitra industri maupun mitra pengguna dapat berguna dan dinikmati masyarakat luas, khususnya infrastruktur mitigasi bencana di wilayah rawan bencana.

Pada kesempatan tersebut, Walikota Tangsel, Benyamin Davnie menyebutkan bahwa Undang-Undang (UU) Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana merupakan penguat hukum yang mengubah paradigma penanggulangan bencana dari sikap responsif ke tindakan yang bersifat preventif untuk mengurangi risiko bencana. Menurut Benyamin, hibah RKTG dari BPPT merupakan anugerah bagi masyarakat kota Tangerang Selatan.
“Kami punya program di pemerintah kota yaitu bedah rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan di bawah. Syaratnya, tanahnya milik yang bersangkutan dan tidak sengketa. Indeks pembangunannya memang kurang lebih 70 jutaan. Kalau kita sandingkan dengan rumah tahan gempa ini tentunya akan lebih baik lagi hasilnya,” kata Benyamin.
Untuk itu, Benyamin akan meminta Dinas Perumahan dan permukiman untuk berkoordinasi dan berkolaborasi dengan BPPT. “Kami mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi dimilikinya rumah layak huni bagi masyarakat, sementara BPPT memiliki teknologi yang bisa diadopsi secara tepat,” lanjutnya.
“Insya Allah ini akan kami jadikan sebuah benchmark bagi teman-teman kami di dinas teknis untuk mengikuti teknologi yang sudah ditemukan oleh BPPT dalam kerangka pelayanan publik kepada masyarakat di Kota Tangerang Selatan,” pungkasnya.
Rumah Komposit
RKTG merupakan rumah komposit dengan desain material dan struktur bencana untuk diaplikasikan di daerah rawan bencana. Dengan ukuran tipe 36, RKTG memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu kamar mandi dan ruang dapur yang akan membuat penghuninya nyaman dan merasa terlindungi.

Rumah tersebut dinamakan rumah komposit, yang bermakna rumah dengan berbagai bahan material, khususnya material komposit polimer. Material komposit, contohnya komposit polimer, memiliki banyak keunggulan, diantaranya kuat dan ringan.
Beberapa dekade terakhir pemakaian material polimer komposit makin meningkat karena sifat tekniknya yang baik seperti kekuatan dan kekakuan khusus yang tinggi, kepadatan rendah, ketahanan lelah yang tinggi, redaman tinggi dan koefisien termal rendah.
Penggunaan panel-panel material komposit selain memiliki durabilitas yang tinggi, juga dikarenakan sifatnya yang mudah untuk dibongkar pasang. Kuda-kuda atau struktur rumah juga dipasang langsung dengan genteng metal sehingga ketika terjadi goncangan besar, tidak akan patah atau roboh seperti rumah konvensional dengan tembok bata dan genteng tanah liat atau keramik.
RKTG dibangun dengan memperhitungkan simulasi time history dan response spectrum zonasi gempa, sehingga setiap daerah akan memiliki desain dan konstruksi dasar yang unik sesuai dengan perhitungan serta simulasi ketahanan gempa yang dilakukan oleh para Perekayasa BPPT. Perhitungan ini akan diaplikasikan dalam teknologi seismic rubber bearing sebagai base isolator untuk menahan beban gempa.
Inovasi bangunan tahan gempa BPPT dibangun dengan konsep cepat bangun, bersifat knock down, modular, menggunakan panel dinding dan frame struktur ringan, serta seismic bearing sebagai pondasinya. Sistem koneksi join interlock juga memungkinkan RKTG dikembangkan sebagai rumah tumbuh maupun deret.
Menurut Hammam, BPPT mengembangkan RKTG dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi sekitar 90%. “Karena itu ada beberapa industri dalam negeri yang kita bina supaya mampu untuk memproduksi komponen-komponen dari rumah komposit tahan gempa ini,” lanjutnya.
Selain itu, RKTG dapat dibangun dalam waktu tujuh hari dan cukup dikerjakan empat orang tenaga kerja. Seluruh material yang digunakan untuk membuat RKTG telah memiliki berbagai standar yang ditetapkan. Untuk desain tahan gempanya telah terstandar SNI 1726-2012, sedangkan tahan api telah mengantongi ASTME 84/ISO 834-1. Untuk membangun RKTG tipe rumah 36, menurut Hammam sekitar Rp 70 juta.
RKTG didesain dengan konstruksi modular, pre-assembly, dan sistem join interlock yang dapat dibangun dengan waktu yang relatif singkat serta telah dilakukan simulasi komputasi untuk prediksi ketahanan gempa menyesuaikan perilaku gempa. Dalam simulasi internal BPPT, RKTG mampu bertahan dan tidak roboh ketika diguncang gempa 7 SR.