BRIN dan Negara Kawasan Asia Pasifik Kolaborasi Memajukan Riset Nuklir untuk Kualitas Udara

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Polusi udara menjadi ancaman terhadap kesehatan lingkungan dan menjadi isu global di berbagai belahan dunia. Pertumbuhan penduduk dan industrialisasi telah meningkatkan level polutan di udara yang menjadi ancaman untuk kesehatan masyarakat.

Ancaman tersebut menuntut solusi berupa upaya kolaboratif yang berkelanjutan dalam wujud kerjasama antar negara yang tergabung dalam Regional Cooperative Agreement Regional Office (RCARO) untuk meningkatkan kualitas udara di Kawasan Asia Pasifik.

Perwakilan negara yang tergabung dalam RCARO mengadakan Research Coordination Meeting for RCA Research Project on Air Quality and Environmental Impact Assessment of Industrial Activities in Asian Region (RCARP02) yang dilaksanakan secara hybrid di Nusa Dua Bali pada 24 – 26 Mei 2023.

Manager Proyek di RCARO, Hyun Kyoung Jeon Marie mengungkapkan bahwa riset ini merupakan proyek unik yang diinisiasi oleh RCARO untuk membantu negara yang terlibat di RCA.

“Tugas kami disini adalah untuk memonitor dan mengorganisir implementasi dari proyek ini. Tujuan utama jangka panjang dari proyek ini adalah mendukung negara-negara RCA untuk meningkatkan kualitas penelitian di bidang polusi udara. Kita bisa melihat hasil dari proyek ini di setiap negara melalui peningkatan hasil penelitian polusi udara, tanah, tanaman, dan lainnya,” ungkapnya.

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Rohadi Awaludin dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepada RCARO karena sudah memfasilitasi kerja sama antar negara Asia Pasifik. RCARO mendukung dan secara berkala memonitor kemajuan riset yang dilakukan oleh negara anggota, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“RCARO telah membantu meningkatkan kapabilitas periset terkait riset kualitas lingkungan (udara, tanah, air dan tanaman) di kawasan industri dengan mengedepankan aplikasi teknik analisis nuklir,” ungkap Rohadi.

Pembahasan hasil kerjasama riset yang dilakukan secara hybrid ini menghadirkan Chief Scientific Investigator (CSI) dari berbagai negara di Asia Pasifik seperti Korea, Indonesia, Vietnam, Mongolia, Malaysia, China, Thailand, Pakistan, New Zealand, dan Australia.

Acara ini juga dihadiri oleh pihak RCARO dan Research Review Comitee. Penekanan riset ini lebih pada aplikasi Teknik Analisis Nuklir (TAN), dengan aplikasinya di lingkungan udara.

Kepala Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisisi Nuklir Abu Khalid Rival menyatakan melalui kerjasama riset ini para periset BRIN mendapatkan dukungan dari RCARO baik berupa penelaahan riset, dukungan dana dan pembimbingan dalam desain riset.

Selain itu, para periset juga medapatkan bantuan monitoring dan evaluasi riset serta kerjasama antar negara anggota, kolaborasi teknis, akses fasilitas dan sharing expertise.

“Kegiatan riset dengan mengaplikasikan Teknik Analisis Nuklir (TAN) diharapkan menjadi riset aplikatif yang dapat mengenalkan dan mengoptimalkan teknik nuklir secara lebih luas kepada masyarakat, pengguna (end user), pemegang kebijakan (stakeholder), pemerintah, serta akademisi yang bermanfaat bagi riset lingkungan khususnya udara,” jelas Khalid.

“Saat ini pengembangan TAN tidak saja di bidang lingkungan tetapi diperluas ke bidang lainnya seperti bidang kesehatan, nutrisi, geologi, arkeologi, dan industri,” imbuhnya.

Peneliti Utama BRIN Muhayatun Santoso yang sekaligus sebagai CSI dari Indonesia dan salah satu host RCARO menyampaikan awal kerjasama BRIN dengan RCARO merupakan tindak lanjut dari keberhasilan riset sebelumnya dalam kegiatan IAEA technical cooperation untuk aplikasi teknik analisis nuklir dalam identifikasi sumber pencemar di kawasan Asia Pasifik.

“Keberhasilan tersebut menjadi modal awal untuk menguatkan kerjasama antar negara dan melakukan sinergi riset bersama skala regional,” ungkap Muhayatun.

Riset udara menjadi menonjol dan menjadi tuntutan, karena permasalahan pencemaran udara merupakan permasalahan global, dan polusi udara menjadi perhatian lintas negara, dimana kondisi pencemaran udara di suatu negara saling mempengaruhi negara lainnya.

“TAN merupakan teknik analisis yang sangat sesuai untuk sampel partikulat udara, karena bersifat sensititif, tidak merusak, miltiunsur dan memiliki batas deteksi ppm hingga ppb. Tidak seperti teknik konvensional, TAN memberikan informasi tentang komposisi unsur partikel udara dengan sensitivitas dan kecepatan tinggi,” jelas Muhayatun.

“Teknik TAN sepeti ion beam analysis belum tersedia di Indonesia, dan terknik yang kita gunakan adalah teknik seperti XRF (X Ray Fluorescence) dan Analisis Aktivasi Neutron (AAN),” tambahnya.

Mahayatun juga menjelaskan bahwa melalui kerjasama riset ini akan memperkuat sinergi antar negara, memberikan akses fasilitas dan expertise, serta grant dana yang mendukung keberlangsungan riset di masing masing negara.

Di lihat dari konteks kualitas udara, melalui kerja sama ini dapat mempertajam riset yang sedang dilakukan BRIN dan memperluas lingkup riset khususnya terkait aktivitas industri dan dampaknya pada lingkungan sekitar baik lingkungan udara, tanah dan air.

“Melalui kegiatan Research Coordination Meeting (RCM) ini, evaluasi kemajuan riset akan lebih terukur dan perbaikan berkelanjutan untuk riset di masa depan serta meningkatkan kerjasama secara lebih intensif agar lebih berkontribusi kepada masyarakat baik dalam skala nasional dan regional,” pungkasnya. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author