Meski mitigasi perubahan iklim sudah mendapat perhatian yang luas dari masyarakat internasional maupun pemerintah di tingkat nasional, tetapi adaptasinya hampir dilupakan.
Hal itu disampaikan Daniel Murdiyarso, pakar perubahan iklim dari CIFOR dan IPB, juga sebagai anggota AIPI pada lokakarta perubahan iklim, di Bogor, kemarin.
“Kita ingin mengusulkan agar kegiatan adaptasi lebih konkrit, paling sedikit disinergikan dengan kegiatan mitigasi yang telah berlangsung,” katanya.
Daniel Murdiyarso juga menyatakan bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim (PI) masih belum dikenal luas dibanding mitigasi. Perhatian masyarakat, dunia usaha dan pemerintah terhadap Adaptasi PI (API) perlu ditingkatkan melalui penyertaan masyarakat dan pengarusutamaan dalam agenda pembangunan.
Sementara itu politik dan kekuasaan memiliki peran penting dalam pengarusutamaan API dan komponen masyarakat dan dunia usaha perlu dilibatkan karena API merupakan keharusan bukan pilihan.
Demikian juga kelembagaan harus menjadi bagian dari strategi API agar implementasinya memiliki pola dan jalur yang jelas dan memainkan peran sebagai simpul informasi, perencanaan dan implementasi adaptasi.
Selanjutnya, adaptasi perlu diprogramkan dan didukung pendanaannya untuk sektor-sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, karena Permodalan melalui perbankan konvensional tidak bisa adaptif perlu UU keuangan mikro.
Disepakati pula dalam lokakarya itu bahwa, Green economy and climate friendly development merupakan jargon dunia usaha yang perlu terus diupayakan, dikenali dan dihargai dan diperluas.
Disamping itu Ecosystem-Based Adaptation (EBA) merupakan salah satu pendekatan dimana API dapat dipusatkan pada kebutuhan manusia dan ekosistem meskipun tidak spesifik namun unik, ekosistem hutan (tropis) dapat dijadikan contoh hutan untuk API dan API untuk hutan.
