Tingkatkan Mutu Benih, UPBS Balitkabi Latih Teknisi Litkayasa IP2TP Ngale

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menjawab tantangan kebutuhan benih kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau nasional, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) dituntut untuk menghasilkan benih sumber komoditas tersebut.

Pada 2020 Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balitkabi harus menyediakan benih kedelai, kacang tanah dan kacang hijau sebanyak 5 ton kelas benih BS dan 10 ton kelas benih FS kedelai dari dana in house. UPBS Balitkabi juga harus menyediakan 50 ton benih kedelai kelas benih NS, BS dan FS dari skema pendanaan PRN (Prioritas Riset Nasional).

Produksi benih kedelai di daerah tropis menghadapi banyak kendala. Salah satunya, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap penurunan mutu benih, sehingga perlu upaya pengaturan kondisi ruang simpan dan teknologi penyimpanan benih yang tepat dan benar.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) dalam hal pemahaman dan penanganan pasca panen kedelai juga perlu ditingkatkan untuk menghasilkan benih bermutu tinggi. Untuk itu, pada minggu kedua bulan Juli 2020, UPBS Balitkabi mengadakan pelatihan “Penanganan panen dan pasca panen benih kedelai” di IP2TP Ngale.

Didik Sucahyono, selaku manajer produksi UPBS, didampingi Kartika Noerwijati (Manajer Kendali Mutu/MKM), Siti Muzaiyanah (Manajer Administrasi), Agus Supeno (Manajer Gudang), dan Arifin (staf MKM) ditugaskan untuk melatih sekaligus melakukan roguing pertanaman kedelai yang ada di sana.

Direktur UPBS Dr. Yuliantoro Baliadi selalu menegaskan dan menekankan akan pentingnya mutu benih yang dihasilkan oleh UPBS Balitkabi. “Benih adalah salah satu target Indikator Kinerja Utama (IKU) yang harus kita penuhi, bukan hanya jumlah namun juga mutunya harus prima,” kata Yuliantoro.

Didik Sucahyono dalam materi pelatihannya menyebutkan, terdapat banyak faktor yang berpengaruh mutu dan daya simpan benih yaitu cara pengelolaan/prosesing (perontokan, pengeringan, cara penyimpanan, lingkungan penyimpanan), tingkat keusangan benih, lama dan cara distribusi/pengangkutan benih, total waktu dari saat panen sampai dengan benih disimpan di gudang, serta total waktu dari benih dipanen hingga benih ditanam.

Hal yang tidah kalah penting adalah kita harus paham dengan benih yang ditangani. Untuk benih kedelai memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki masa dormansi (masa istirahat benih); kulit ari tipis sehingga mudah robek/rusak; higroskopis, dengan embrio yang cukup rapuh; mengandung lemak dan protein tinggi dibanding benih selain kacang-kacangan; mutu fisiologis benih mudah turun (rusak); dan Senyawa-senyawa kimia yang ada dalam benih sangat berpengaruh terhadap mutu fisiologis benih (seperti CO2, metanol, etanol, asetaldehida).

Rina Artari, selaku koordinator IP2TP Ngale mengucapkan banyak terimakasih kepada UPBS Balitkabi yang telah berupaya untuk meningkatkan kualitas SDM di IP2TP Ngale. Ia berharap ke depan mutu benih yang dihasilkan dapat ditingkatkan. (Sumber Balitkabi)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author