Petani Kintamani Untung Berlipat dari Tumpangsari Kopi dan Jeruk

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sistem tanam tumpang sari merupakan suatu bentuk pertanaman campuran (policulture) dua atau lebih jenis tanaman dalam satu luasan lahan. Penanaman Tumpang sari bisa dilakukan dalam waktu bersamaan atau tidak bersamaan (ada selisih waktu penanaman) menyesuaikan dengan jenis tanaman apa saja yang di tumpang sarikan. Umumnya petani yang melakukan sisem tanam tumpang sari bertujuan untuk meminimalkan resiko kerugian dari sistem monoculture.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Bali I Made Rai Yasa dalam kunjungannya ke kelompok tani Jaya Mas Mandiri, Desa Pengotan, Kintamani pada Minggu (17/10/2021) menyampaikan bahwa tumpang sari akan memberikan keuntungan ganda apabila tanaman yang ditumpangsarikan bersifat saling mendukung dan tidak saling menggangu baik dari segi pertumbuhan maupun produksinya.

Salah satu contohnya yang ada di kebun I Nengah Ariana dari tumpang sari kopi arabika dan jeruknya mampu memperoleh penerimaan sebesar 90 juta pertahun/ha dari tanaman jeruknya dan 90 juta lagi dari tanaman kopinya.

“Hal ini karena tanaman kopi yang ditumpangsarikan dengan jeruk tidak saling mengganggu apabila menerapkan teknologi pemangkasan dan teknologi budidaya yang benar bahkan saling mendukung; dimana jeruk dapat menjadi penaung tetap untuk tanaman kopi,” jelas I Made Rai Yasa yang dalam kunjungan tersebut mendampingi Anggota DPR RI A. A. Bagus Adhi Mahendra Putra.

Menurut Kepala BPTP Bali petani di daerah Kintamani seharusnya mempertahankan budidaya tanaman kopi. Karena kopi selain memberikan pendapatan bagi petani juga merupakan tanaman konservasi karena kopi termasuk tanaman Hidro-orologis yang mampu menyimpan air tanah pada saat musim penghujan dan mensuplay air untuk tanaman pada saat musim kemarau.

“Selain itu akar kopi yang kuat dengan kedalam swkitar 3 meter dan akar lateral sekitar 2 meter mampu memegang tanah sehingga saat musim penghujan pada lahan-lahan yang topografinya miring tidak terjadi kelongsoran,” ujarnya.

I Nengah Ariana, petani sekaligus ketua kelompok tani Jaya Mas Mandiri mengaku dengan tumpang sari kopi dan jeruk produksi kopinya malah meningkat. Tanaman kopi yang ditanamnya saat ini umur tanaman 7 tahun dan produksinya mencapai 15-20 kg kopi cerry per tahun. “Kami tidak pernah memupuk dengan tanaman kopi dan jeruk kami dengan pupuk kimia, cukup dengan pupuk kandang sapi 5 kg/tahun untuk tanaman kopi dan 5 kg untuk tanaman jeruk,” ungkapnya.

Sementara itu Bagus Adhi Mahendra Putra menyampaikan meskipun dirinya kini sudah tidak di Komisi IV DPR RI tetapi akan tetap mendampingi petani di Bali. Seperti yang dilakukan hari itu dalam kunjungannya banyak menberi semangat dan dorongan kepada petani untuk meningkatkan pendapatannya. Selain itu sebelumnya juga telah diberikan bantuan berupa alat-alat mesin pengolahan kopi ke kelompok tani Jaya Mas Mandiri.

“Saya harapkan ke depan Kepala Desa Pengotan menginventaris permasalahan petani yang di wilayahnya. Selanjutnya saya harap berkoordinasi dengan BPTP Bali sehingga dari BPTP dapat dicarikan solusi dari permasalahan petani tersebut,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, petani mengikuti pelatihan singkat tentang pemangkasan kopi yang benar yang disampaikan oleh salah I Wayan Sunanjaya seorang Penyuluh BPTP Bali. I Wayan Sunanjaya menyampaikan kepada petani bahwa dalam memangkas tanaman kopi kita wajib tahu mana saja cabang-cabang yang harus dibuang dan mana cabang tanaman kopi yang harus dipertahankan. Sehingga nantinya kopi akan berproduksi optimal“ sebutnya menjelaskan kepada petani. (Sumber BPTP Bali)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author