Jakarta, Technology-Indonesia.com -Sebagai upaya menurunkan angka prevalensi kekurangan gizi dan meningkatkan penyediaan sumber mineral penting khususnya zinc (Zn) pada beras, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan varietas unggul baru (VUB) padi Inpari IR Nutri Zinc. Inovasi ini merupakan terobosan Balitbangtan dalam penanggulangan kekurangan zinc yang mengakibatkan kekerdilan (stunting) melalui program biofortifikasi, yaitu perakitan varietas yang memiliki kandungan zinc tinggi.
Berbagai terobosan dalam penanggulangan kekurangan gizi pada beras telah dilakukan baik dengan cara suplementasi maupun fortifikasi. Namun pendekatan pemuliaan atau biofortifikasi ini dinilai lebih mudah, ekonomis, dan berkelanjutan untuk mengatasi kekurangan zinc.
Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Yudhistira Nugraha yang mewakili Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) mengatakan bahwa penyebaran benih Inpari IR Nutri Zinc telah dilakukan satu tahun terakhir. Ia menegaskan bahwa biofortifikasi masuk dalam program prioritas yang ditetapkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasionan (Bappenas) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
“Upaya percepatan penyebaran telah dilakukan sejak pelepasan varietas Inpari IR Nutri Zinc pada tahun 2019 hingga saat ini. Pada tahun 2020, biofortifikasi masuk di dalam program prioritas RPJMN 2020-2024 yang ditetapkan Bappenas”, kata Yudistira saat sambutan pembukaan Workshop Pengembangan Varietas Biofortifikasi Padi Inpari IR Nutri Zinc di Auditorium Sadikin Somaatmadja, BB Padi, Sukamandi, Subang, Kamis (30/1/2020).
Noor Avianto, Kepala Subdit Peternakan Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, yang hadir sebagai nara sumber workshop mengatakan, pihaknya mendukung Kementan menerapkan biofortifikasi di sektor pertanian atau pangan untuk mengatasi stunting dan sejalan dengan program yang ditetapkan Bappenas.
Noor menegaskan bahwa Bappenas telah menetapkan tujuh prioritas nasional agenda pembangunan. Salah satunya butirnya adalah memperkuat ketahanan ekonomi. Pada butir tersebut ada delapan prioritas yang perlu ditekankan di dalam penguatan ekonomi. Program biofortifikasi masuk dalam prioritas ketiga yaitu peningkatan ketersediaan akses dan kualitas konsumsi.
Sementara itu Direktur Serealia, Bambang Sugiharto dalam paparannya menyampaikan beberapa hal terkait target penyebaran benih Inpari IR Nutri Zinc yaitu: target ekspor beras unggulan, pelaksanaan program di wilayah stunting, dan rencana alokasi bantuan.
Pihaknya menargetkan penyebaran Inpari IR Nutri Zinc melebihi dari RPJMN yaitu 200 ribu hektare (ha) di tahun 2024, dan pada tahun 2024 tanaman padi lebih dari 20% menggunakan varietas Inpari IR Nutri Zinc. Selama ini Ditjen Tanaman Pangan memiliki program bantuan benih totalnya hanya 2,6 juta ha. Dari 2,6 juta ha itu, biofortifikasi hanya 10 ribu ha sedangkan yang lainnya padi biasa.
“Kedepan kami akan coba geser lebih banyak lagi. Kalau tahun ini respon masyarakat bagus kami bisa mengubah dari 10 ribu ha menjadi 50 ribu ha. Kita evaluasi bersama dalam 4 bulan ini kalau respon masyarakat, respon dinas bagus kami tinggal mengubah masuk biofortifikasi,” janji Direktur Serealia.
Lebih lanjut ia menegaskan akan fokus pada program biofortifikasi. Tujuannya agar Indonesia bisa ekspor beras dan tidak kalah dengan beras negara lain. “Beras kualitas bagus kita ekspor dan berani bersaing dengan beras Thailand. Kita harus punya sesuatu keunggulan, beras biofortifikasi bisa kita dorong program unggulan beras Indonesia,” jelasnya.
Bambang ingin segera memperluas kegiatan terpadu dengan pihak-pihak terkait, khususnya pelaksanaan program-program di wilayah stunting. Harapannya kegiatan terpadu ini bisa langsung menjadi skala nasional. Ia mengajak segera mulai bekerja agar ketersediaan benihnya bisa segera disiapkan, dan produksi bersama stakeholder yang lain.
Sementara itu, peneliti BB Padi, Untung Susanto memaparkan varietas Inpari IR Nutri Zinc memiliki berbagai keunggulan antara lain rata-rata kandungan Zn 29,54 ppm (sekitar 23% lebih tinggi daripada Ciherang), dan potensi kandungan Zn 34,51 ppm. Rata-rata hasil sebesar 6,21 ton/ha (setara Ciherang) dengan potensi hasilnya 9,98 ton/ha.
Varietas ini memiliki umur 115 hari setelah semai, tekstur nasi pulen, agak tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, agak tahan hawar daun bakteri strain III, agak tahan tungro isolat Garut dan Purwakarta, serta tahan blas strain 033, 073, dan 133. Dengan keunggulan tersebut, diharapkan varietas ini memiliki daya adaptasi luas dan dapat diterima oleh konsumen padi di Indonesia.
Menurut Untung Susanto, produksi Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok tengah diinisiasi oleh BB Padi agar benih Inpari IR Nutri Zinc telah tersedia bagi petani di berbagai daerah dengan jumlah yang cukup.
Diharapkan varietas ini dapat tersebar ke seluruh Indonesia karena kejadian stunting dan kekurangan asupan Zinc terjadi merata di semua pulau di Indonesia. Produksi benih sumber terus dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut.
Pada waktu yang akan datang diharapkan varietas yang dilepas tetap dilengkapi dengan karakter tinggi nutrisi dan dapat tersebar di seluruh areal padi di Indonesia, sehingga memberikan dampak nyata bagi peningkatan kualitas kesehatan penduduk Indonesia di masa depan.
Workshop dihadiri oleh Dirjen Tanaman Pangan, Perwakilan PT Sang Hyang Sri, perwakilan letani, peneliti, dan perwakilan dari dinas 9 provinsi serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).