Pnom Penh – Salah satu keunggulan Badan Litbang Pertanian dalam menggali potensi kerja sama internasional diantaranya untuk meraih dana hibah penelitian. Hibah kerja sama dengan AFACI (The Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative) telah dilakukan sejak tahun 2012.
Empat proyek hibah yang dilakukan oleh Balitbangtan dievaluasi oleh AFACI dan mampu memperoleh penghargaan Outstanding Project Investigator untuk proyek Good Agriculture Practices (GAP). Pada 2018 GAP project fokus pada diseminasi dan promosi produk yang menerapkan GAP dengan tujuan meningkatkan kesadaran konsumen akan nilai tambah produk GAP. Serta memberikan penghargaan kepada petani yang telah menerapkan GAP.
Adapun proyek lain yang sudah menjelang akhir dan dievaluasi di Kamboja dalam AFACI Program Workshop on Horticulture, Extension and Food Crops adalah Postharvest, ATIN (Agricultural Technology Information Network in Asia) dan Seed transfer. Selain itu, ada proyek tambahan yg baru dimulai 2018 yaitu Salt Tolerance Rice.
Ada 14 negara di Asia yang menjadi bagian dari kegiatan AFACI, termasuk Indonesia. Workshop dihadiri kurang lebih 70 PI dari 14 negara dan 5 proyek, perwakilan AFACI Sekretariat, RDA dan Kementerian Pertanian Kamboja. Pada kesempatan ini diberikan penghargaan kepada 2 outstanding PI dari masing masing proyek. Nepal mendapat 3 penghargaan, sementara negara lain Indonesia, Thailand Myanmar, Lao dan Philipina masing masing membawa 1 penghargaan.
Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan dan bertukar informasi hasil penelitian-penelitian Balitbangtan kepada 14 negara anggota AFACI serta mendapatkan pembelajaran pertanian dari negara lain.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Fadjry Djufry dalam kesempatan lain melihat bahwa pola hibah AFACI bisa saja dicobakan guna memperkuat peran Indonesia sebagai negara G-20, dengan menjadi negara pendonor bagi negara-negara berkembang di bawah Indonesia.
