Jakarta, Technology-Indonesia.com – Potensi komoditas porang menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Untuk itu, Bupati Banyumas Achmad Husein mengunjungi Balai Besar Litbang dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) di Bogor pada Rabu (28/4/2021). Tujuannya, untuk mengenal lebih jauh tentang teknologi perbanyakan benih secara kultur jaringan terhadap komoditas porang.
“Di tempat kami sudah banyak masyarakat yang menanam porang tapi benihnya masih dari katak. Itu memerlukan biaya tinggi dan ada masa dormansi, sehingga kalau panen secara serentak itu saya khawatirkan harganya akan jatuh,” ujar Achmad.
Guna meningkatkan percepatan ekonomi serta meminimalkan kerugian di tingkat petani, Bupati sejak tahun 2013 ini pun bertekad mengembangkan teknologi kultur jaringan. “Kami bersama Dinas Pertanian Banyumas di sini akan mengembangkan kultur jaringan. Ini perlu keseriusan dan akan dimulai dengan penandatanganan MoU,” sambungnya.
Achmad bercerita bahwa pihaknya telah lama menjajaki teknologi kultur jaringan, bahkan sumber daya manusia dan beberapa fasilitas pun telah disiapkan. Namun kerja sama dengan lembaga penelitian tetap diperlukan agar teknologi tersebut dapat diserap secara maksimal.
“Ternyata teknologi kultur jaringan ini tidak semudah yang kami bayangkan. Ada beberapa teknologi yang memerlukan ketekunan dan teknologi yang tinggi. Tapi kami akan mengambil sebagian saja yang bisa kami kembangkan di Banyumas,” kata Achmad.
Selain teknologi kultur jaringan, Achmad juga menunjukan ketertarikannya terhadap sejumlah varietas unggul yang dihasilkan BB Biogen, seperti kedelai biji besar Biosoy, cabai tahan virus dan produktivitas tinggi Carvi Agrihorti serta beberapa varietas unggul lainnya.
Kepala BB Biogen, Mastur PhD memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada Bupati Achmad yang mau turun ke lapangan untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang dialami petani. Ia pun membuka peluang sebesar-besarnya untuk menjalin kerja sama dalam pemanfaatan teknologi dan varietas unggul rakitan BB Biogen.
Perbanyakan Benih Porang
Peneliti Ahli Utama BB Biogen, Ika Roostika Tambunan saat menjadi narasumber webinar (10/3/2021) mengatakan bahwa tanaman porang (Amorphophallus muelleri) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang bernilai ekonomi tinggi. Saat ini tanaman porang menjadi booming karena kebutuhannya sangat tinggi hingga menimbulkan kelangkaan benih.
Biasanya petani menggunakan benih alami dari umbi dan katak/bulbil yang harganya mencapai Rp 150-400 ribu/kg. Sementara kebutuhan benih porang untuk satu hektare lahan sekitar 200 kg sehingga petani harus mengeluarkan biaya antara Rp 30 juta – Rp 80 juta.
“Perbanyakan benih porang biasanya menggunakan katak/bulbil. Ketika kebutuhan benih tidak dapat terpenuhi secara konvensional, harus ada sentuhan teknologi dalam hal ini adalah teknik kultur jaringan,” kata Ika.
Kultur jaringan, terangnya, merupakan teknik mengisolasi bagian tanaman berupa protoplas/sel telanjang, sel, jaringan, atau organ, secara aseptis dan ditumbuhkan secara in vitro (dalam botol) hingga membentuk planlet (tanaman utuh). Sejak November 2019-Desember 2020, BB Biogen berkolaborasi dengan Direktorat Perbenihan melakukan uji produksi benih porang melalui kultur jaringan.
“Perbanyakan melalui kultur jaringan memiliki keunggulan karena bisa dilakukan secara masal dalam waktu cepat, tidak tergantung pada musim, menghasilkan bibit sesuai dengan induknya, seragam, bebas hama dan penyakit, serta mudah untuk didistribusikan (khususnya dalam bentuk planlet). Di samping itu karena adanya zat pengatur tumbuh pada saat ditumbuhkan secara in vitro maka pertumbuhan juga menjadi lebih cepat,” terangnya.
Tahapan kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman meliputi pemilihan tanaman induk, sterilisasi eksplan/bahan tanaman, penanaman in vitro/di laboratorium, subkultur (multiplikasi tunas), induksi perakaran hingga menjadi planlet, aklimatisasi di rumah kasa/kaca, dan transplanting/pemindahan ke lapang.
Tanaman hasil kultur jaringan, lanjutnya, memerlukan tahapan aklimatisasi supaya bisa beradaptasi pada lingkungan sebelum dipindahkan ke lapang. Proses aklimatisasi bisa menggunakan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos kemudian disungkup dengan plastik selama 1 bulan.