Daniel Murdiyarso Raih Anugerah Sarwono Award 2018

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Prof. Dr. Daniel Murdiyarso, pakar bidang perubahan iklim dan lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) meraih penghargaan Sarwono Award 2018 dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Peneliti senior Center for International Forestry Research (CIFOR) ini merupakan sosok ilmuwan yang berkontribusi penting dan besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Penerima Ahmad Bakrie Award di bidang Sains pada tahun 2010 ini aktif dalam penelitian terkait perubahan tata guna lahan, siklus biogeokimia, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Daniel juga aktif sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) sejak 2002. Pada tahun 2000, dia pernah menjabat sebagai Deputi Kementerian Lingkungan Hidup.

Daniel menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Kehutanan IPB dan mendapatkan gelar PhD pada tahun 1985 dari Universitas Reading, Inggris. Ia memiliki ratusan karya ilmiah dalam skala nasional dan internasional, selain prestasi membanggakan lainnya. Sebagian besar karyanya telah terindeks Scopus dan banyak menjadi rujukan ilmuwan lainnya.

“Kerja ilmiah beliau telah berhasil mengubah persepsi dunia tentang perubahan iklim dan menginspirasi kita semua untuk tidak tinggal diam terhadap apa yang terjadi di sekitar lingkungan kita,” ungkap Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko pada Kamis (23/8/2018) di Jakarta.

Pemikiran dan kerja Daniel telah memberi sumbangan penting pada perdamaian dunia yang ditandai lewat Nobel Perdamaian tahun 2007. “Prof. Daniel merupakan anggota Intergovernmental Panel on Climate Change yang bersama Al Gore mendapatkan Nobel Perdamaian 2007 dan menjadi momentum membangkitkan kepedulian masyarakat terkait isu pemanasan global,” jelas Handoko.

Pada kesempatan tersebut, Daniel mengungkapkan LIPI Sarwono Award mengingatkan dirinya akan dua insan yang paling dia banggakan karena sangat konsisten dengan profesinya hingga akhir hayat. “Mereka adalah bapak dan ibu saya yang mengabdikan hidupnya untuk kesehatan masyarakat desa di Cepu, Jawa Tengah. Saya berharap bisa selalu bertumpu pada semangat dan energi hidup mereka yang memberikan manfaat untuk orang banyak,” jelasnya.

Daniel mengungkapkan tantangan berat dalam usaha memperbaiki kerusakan lingkungan. “Kita pernah mengalami bencana ekologis yang berdampak sangat luas dan akan sangat panjang saat ilmu tidak digunakan dalam pengelolaan sumber daya alam kita. Konversi hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah dalam skala besar saat ini menyisakan beban ekologis yang berkepanjangan,” ungkapnya.

Menurut Guru Besar Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB ini, keuntungan ekonomis yang didapat saat itu tidak sebanding dengan biaya ekologis yang sangat besar yang sekarang kita tanggung bahkan akan terus ditanggung oleh generasi mendatang.

Terkait peran ilmuwan dan sains, Daniel menjelaskan, sebuah bangsa sulit berkompetisi tanpa sains sehingga peran peneliti sangat besar untuk memajukan Indonesia. “Pekerjaan peneliti adalah pekerjaan yang tidak mudah. Perasaan sepi kerap kali menghampiri tetapi kita harus tetap fokus pada tujuan riset untuk kemajuan bangsa,” terangnya.

Daniel meminta para ilmuwan tidak hanya menjadikan penelitian sebagai publikasi untuk memperpanjang riwayat hidup atau laporan yang menghiasi rak buku. Ilmu juga harus dikomunikasikan secara dialogis dengan para pengambil kebijakan. Sebab tanpa dialog ilmu akan menjadi kering, tanpa ilmu kebijakan akan mudah digoyahkan.

Selain pemberian penghargaan Sarwono Award 2018, LIPI juga menggelar Sarwono Memorial Lecture (SML). Keduanya merupakan puncak peringatan ulang tahun LIPI pada 23 Agustus.

Perhelatan SML XVIII memberikan tempat terhormat bagi Dr. Ir. Mochamad Basuki Hadimuljono, M.Sc., Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memberikan orasi ilmiah. Pria kelahiran Surakarta, 5 November 1954 ini menyelesaikan pendidikan formal sarjana di Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM), jurusan Teknik Geologi pada tahun 1979.

Selepas itu, Basuki melanjutkan pendidikan formal tingkat magister di Colorado State University bidang Civil Engineering yang diselesaikan pada 1989, sebelum akhirnya menyelesaikan program doktoral di universitas dan bidang yang sama pada 1992.

Pada 1981, Basuki memulai karirnya dengan mengabdi di Departemen Pekerjaan Umum, sebelum berganti nama menjadi Kementerian PUPR. Dia sempat menduduki beberapa jabatan penting di kementerian tersebut.

Basuki terpilih memberikan orasi ilmiah dalam SML XVIII karena sosoknya yang aktif dalam pembangunan infrastruktur berbasis lingkungan dengan mengedepankan inovasi dan iptek. Selain itu, Basuki berperan penting dalam mendukung program pembangunan kebun raya di Indonesia.

Setidaknya sudah ada 37 kebun raya yang telah didukung dan terbangun dengan baik, antara lain lima kebun raya yang dikelola LIPI, 30 kebun raya yang dikelola pemerintah daerah, dan dua kebun raya yang dikelola universitas. Sumber lipi.go.id

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author