TechnologyIndonesia.id – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko mengusulkan pembentukan Pusat Kolaborasi Riset Internasional tentang terumbu karang. Pusat ini diharapkan dapat mengakomodasi berbagai bentuk kerja sama, mulai dari mobilitas peneliti, program pasca doktoral, hingga pendanaan operasional jangka panjang.
Usulan tersebut disampaikan Handoko saat menerima kunjungan Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) Regional Secretariat di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa BRIN saat ini sedang mendiskusikan skema terkait Pusat Kolaborasi Riset Internasional tentang terumbu karang dengan Universitas Sam Ratulangi sebagai koordinator.
“Kami memiliki skema yang memungkinkan perguruan tinggi lokal bekerja sama dengan pusat penelitian BRIN. Misalnya, untuk riset terumbu karang, Pusat Penelitian Oseanografi BRIN bisa menjadi mitra utama,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa model pusat kolaborasi ini terinspirasi dari skema Max Planck di Jerman, di mana kontrak kerja sama dapat berlangsung hingga tujuh tahun. “Kami siap untuk mendukung kerja sama ini dan berharap CTI-CFF tertarik untuk mengembangkan pusat penelitian bersama,” tambahnya.
Handoko menegaskan bahwa BRIN siap menjalin lebih banyak kolaborasi dengan CTI-CFF dalam penelitian maritim dan lingkungan.
“Kami menantikan lebih banyak kerja sama dengan CTI-CFF. COREMAP memang telah berakhir, tetapi saya yakin kita dapat menciptakan peluang baru yang lebih besar,” tutur Handoko.
Di sisi lain, Executive Director CTI-CFF Regional Secretariat, Frank Keith Griffin menyampaikan pentingnya membangun koneksi dan kerja sama dalam bidang penelitian dan pengelolaan lingkungan.
“Pada dasarnya, kita ada di sini untuk membuat koneksi. Dari percakapan kami dengan tim, kami mendapatkan gambaran tentang seberapa besar BRIN. BRIN adalah organisasi yang sangat besar dan kompleks,” ujar Griffin.
Griffin, yang memiliki latar belakang sebagai Ph.D. dalam bidang kimia organik sintetis, menjelaskan bagaimana keahliannya dapat diterapkan dalam isu pengelolaan bahan kimia di wilayah Pasifik. Selain itu, ia juga memiliki pengalaman administrasi dan penelitian ilmiah teknis sebagai mantan wakil rektor sebelum bergabung dengan CTI.
CTI-CFF merupakan adalah kemitraan multilateral enam negara (Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kep Solomon, dan Timor Leste) yang bekerja sama untuk mempertahankan sumber daya laut dan pesisir yang luar biasa untuk mengatasi isu-isu penting seperti ketahanan pangan, perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati laut.
Pada kesempatan tersebut, Griffin menyampaikan harapannya agar CTI-CFF dan BRIN dapat menemukan bidang kerja sama yang dapat terwujud menjadi kepentingan bersama. “Semoga seiring waktu, kita dapat mencapai kesepakatan dan memberikan masukan terhadap pekerjaan masing-masing,” ujarnya.
Salah satu isu yang dibahas adalah batas-batas dalam penelitian lingkungan. Menurutnya, Perjanjian Inisiatif Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle Initiative/CTI) memungkinkan penelitian lintas batas negara tanpa hambatan geografis.
“Berdasarkan Perjanjian Inisiatif Segitiga Terumbu Karang, tidak ada batas. Anda mungkin memiliki batas politik, tetapi dalam pekerjaan teknis, tidak ada batasan geografis,” jelasnya.
Griffin juga menyinggung pengalaman organisasi Pristine Seas yang menghadapi kendala dalam melakukan penelitian terumbu karang yang menjorok ke perairan Indonesia dari Papua Nugini. Namun, ia menegaskan bahwa melalui CTI, penelitian tersebut dapat dilakukan tanpa hambatan.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa CTI-CFF sedang dalam proses menyelesaikan Memorandum of Understanding (MoU) dengan salah satu lembaga penelitian di Arab Saudi. Lembaga tersebut memiliki teknologi kapal riset canggih yang dapat digunakan untuk memantau sistem terumbu karang.
“Mereka memiliki garis pantai sepanjang 1500 km dan beberapa kapal riset. Kami ingin membawa mereka ke wilayah kita seperti Bali, Nusa Penida, dan Bunaken untuk melihat langsung keanekaragaman hayati yang luar biasa,” katanya.
Griffin menegaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk saling mendukung dalam penelitian dan pengelolaan lingkungan laut. “Jika BRIN menjadi bagian dari CTI, maka kita dapat membangun hubungan yang lebih erat,” ujarnya.
Penelitian Maritim
Dalam pertemuan tersebut, Handoko menegaskan pentingnya kerja sama dalam penelitian maritim serta potensi kolaborasi lebih lanjut antara BRIN dan CTI-CFF.
Handoko pun menyampaikan apresiasi atas kunjungan CTI-CFF. Secara pribadi, ia memiliki keterkaitan dengan organisasi tersebut, terutama saat dirinya menjadi Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Handoko menjelaskan bahwa LIPI pernah memimpin kegiatan COREMAP-CTI sebelum akhirnya digabungkan ke dalam BRIN. “Saya pikir CTI-CFF akan menjadi salah satu mitra hebat kami dalam hal penelitian maritim dan menangani berbagai permasalahan maritim,” ujar Handoko.
Dalam kaitannya dengan riset maritim, Handoko menekankan perlunya mitra kuat untuk mendukung penelitian di bidang tersebut. “Kita masih kekurangan sumber daya manusia yang unggul di bidang ini. Karena itu, kita harus bermitra dengan berbagai pihak, terutama dari luar negeri,” katanya.
Ia berharap CTI-CFF dapat menjadi jembatan untuk memperkuat kemitraan Indonesia dengan berbagai negara seperti Tiongkok, Jepang, dan Australia dalam penelitian maritim.
Ia menambahkan bahwa isu-isu lingkungan seperti polusi plastik di laut harus ditangani secara kolektif melalui penelitian bersama dan pertukaran data.
“Tidak ada batas dalam wilayah perairan. Sampah plastik dan mikroplastik datang dari mana saja. Kita harus bekerja sama untuk mengumpulkan data dan mencari solusi terbaik bagi perairan kita,” ujar Handoko.
Terkait infrastruktur penelitian, Handoko menyampaikan bahwa BRIN saat ini tengah membangun armada kapal penelitian baru untuk menggantikan kapal yang sudah ada. BRIN juga menerapkan sistem panggilan terbuka (open call) untuk ekspedisi penelitian, yang memungkinkan berbagai pihak termasuk industri untuk mengajukan proposal penelitian. (Sumber brin.go.id)
Terima Kunjungan CTI-CFF, Kepala BRIN Usul Pembentukan Pusat Kolaborasi Riset Terumbu Karang
![](https://technologyindonesia.id/wp-content/uploads/2025/02/BRIN-CTI.jpg)