Jakarta, Technology-Indonesia.com – Penelitian perubahan iklim telah memproyeksikan bahwa permukaan laut global dapat naik antara 0,26 dan 0,77 meter (10-30 inci) pada tahun 2100 dibawah berbagai skenario emisi gas rumah kaca.
Sea-level rise berdampak negatif pada ekosistem pesisir dan lautan serta mengancam kelangsungan hidup spesies yang bergantung pada ekosistem tersebut. Ancaman terhadap mangrove dan terumbu karang di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan terutama dengan adanya proyeksi kenaikan permukaan laut di masa mendatang
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Iklim dan Atmosfer tengah melakukan riset untuk mengetahui pengaruh perubahan permukaan laut terhadap ekosistem mangrove-terumbu karang dan lanskap pesisir di Indonesia dalam kurun waktu Holosen (± 10.000 tahun terakhir) hingga Resen (sekarang), serta memprediksi dampak kenaikan permukaan laut pada abad ke-21 terhadap ekosistem dan dataran rendah pesisir di Indonesia.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN berkolaborasi dengan peneliti dari ISTerre Perancis sedang mengembangkan model untuk memprediksi dengan lebih baik respons masa depan terumbu karang/bakau terhadap kenaikan permukaan laut. Hal ini disampaikan pada Kolokium Mingguan PRIMA mengenai Coastal Response to Paleo Sea-Level Changes on Belitung Island, secara virtual pada Kamis (15/6/2023).
Gino De Gelder, peneliti dari ISTerre Perancis dalam paparannya membahas mengenai hubungan antara sea-level dan kelangsungan kehidupan mangrove dan terumbu karang di pesisir laut di Belitung.
Riset yang tengah dilakukan bersama dengan peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN ini mengkaji dan menelaah lebih dalam catatan evolusi permukaan laut dalam skala waktu yang panjang.
Lebih lanjut Gino menjelaskan bahwa pemilihan objek penelitian di Belitung karena keadaan manrove di Belitung lebih simpel dan lebih mudah memahami mekanisme alam yang ada di Belitung.
“Kami fokus di Belitung karena kami lebih mudah mempelajari perubahan iklim terhadap sea level karena Belitung adalah daerah yang relatif tektoniknya kecil,” jelas Gino.
Tubagus Solihuddin, Peneliti ahli Utama di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dalam sebuah wawancara menjelaskan penelitian yang tengah dilakukan adalah pendekatan terintegrasi untuk mengetahui kronologi naik turunnya permukaan laut serta pengaruhnya terhadap evolusi garis pantai dan kehidupan ekosistem pesisir seperti mangrove dan terumbu karang akan dilakukan melalui studi integrasi penginderaan jauh/sistem informasi geografi, pemboran dan pengambilan sampel sedimen, analisis laboratorium, penanggalan umur sampel, dan pengembangan model evolusi lanskap pesisir.
“Setelah diperoleh kuantifikasi proses tersebut, penelitian ini diharapkan dapat mendukung pemangku kepentingan dalam membuat kebijakan melestarikan dan merawat lingkungan mangrove dan terumbu karang,” jelas Tubagus.
Ia menerangkan bahwa luaran dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data perubahan permukaan laut dalam kurun waktu Holosen hingga Resen khususnya di Belitung, serta pengembangan model evolusi lanskap yang secara bersamaan dapat mengevaluasi kronologi pertumbuhan mangrove dan terumbu karang.
“Pemanfaatan dari data tersebut dapat memprediksi maju mundurnya garis pantai serta pertumbuhan ekosistem mangrove-terumbu karang di masa mendatang sehingga dapat dilakukan tindakan antisipatif dalam hal perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir,” pungkas Tubagus. (Sumber brin.go.id)