Membumikan Jembatan Teleportasi Einstein-Rosen

Seperti kisah di novel fiksi ilmiah, ahli fisika kini berusaha merakit sebuah ‘lubang cacing’ (wormhole) magnetik untuk menjadi wahana transportasi ajaib. Menggunakan teori ‘jembatan Einstein-Rosen’, perangkat ‘teleportasi’ ini dimungkinkan memindahkan materi dari satu lokasi ke lokasi berjauhan secara spontan melalui terowongan medan magnit yang tidak kasat mata (invisible).

“Perangkat ini dapat mentransmisikan medan magnit dari satu titik ke titik lain, melalui lintasan magnetik yang tak kasat mata,’’ kata Jordi Prat-Camps, seorang kandidat doktor ilmu fisika di Autonomous University of Barcelona (AUB) di Spanyol. “Dari sudut pandang magnetik, perangkat ini berfungsi seperti ‘lubang cacing’ yang bisa mengirim medan magnit melalui dimensi khusus (extra special dimension),” ungkapnya kepada Scientific American (Agustus 2015).

Ide wormhole berasal dari  teori Albert Einstein. Ceritanya, pada tahun 1935, Einstein dan koleganya, Nathan Rosen, menyatakan bahwa teori relativitas umum memungkinkan adanya ‘jembatan’ yang  menghubungkan dua titik berbeda dalam dimensi ruang waktu. Secara teoritis, jembatan Einstein-Rosen atau (wormholes) memungkinkan materi dapat berpindah secara instan dalam jarak jauh melalui terowongan yang amat kecil. Jika terbukti ini akan menjadi wahana antariksa luar biasa. Namun sebegitu jauh, belum ada satu pun ahli menemukan bukti ‘lubang cacing’ magnetik itu hadir dalam dunia realitas.

Lebih 70 tahun, tesis adanya jembatan ajaib itu seperti karangan fiksi ilmiah saja. Baru pada 2007 ada sekelompok fisikawan baru menyebutnya sebagai wahana riset yang futuristik. Dimuat dalam jurnal Physical Review Letters, sebuah gagasan wormhole dirancang menggunakan karakteristik gelombang elektromagnetik. Sayang, upaya ini gagal menjadi kenyataan karena untuk membuatnya diperlukan material yang luar biasa ringan namun kuat, dan itu sulit disediakan secara praktis, jelas Prat.

Kini, kata fisikawan AUB itu, ternyata bahan-bahan untuk membuat ‘lubang cacing’ magnet itu sudah bisa diadakan. Bahkan, menurutnya, lebih sederhana dari yang dibayangkan sebelumnya. Dengan superkonduktor khusus, yang dapat membawa arus listrik tingkat tinggi dan partikel-partikel bermuatan, garis medan magnet dapat diusir dari interior mereka, atau dapat dibelokkan dari alur alaminya. Esensi dasarnya, kini dimungkinkan merekayasa medan magnet pada lingkungan 3D, sebagai langkah pertama dalam upaya menyembunyikan gangguan dalam medan magnet.

Jadi tim terpadu merancang objek tiga lapis, yang terdiri dari dua bola konsentris dengan interior spiral-silinder. Lapisan interior akan mentransfer medan magnet dari satu ujung ke ujung, sementara dua lapisan lain bertindak untuk menyembunyikan keberadaan medan magnet.

Silinder bagian dalam dibuat dari logam feromagnetik mu-metal. Bahan ferromagnetic menunjukkan karakter magnetik yang kuat, sementara mu-metal sangat permeabel dan sering digunakan untuk melindungi perangkat elektronik.

Sebuah kulit tipis terdiri dari bahan superkonduktor suhu tinggi yang disebut teyttrium barium berlapis silinder tembaga oksida berfungsi untuk menekuk medan magnet yang berjalan melalui bagian interiornya.

Bagian kulit luar juga telah dibuat dari mu-metal yang lain, terdiri dari 150 buah potong dan ditempatkan sempurna untuk membatalkan gejala pembengkokkan garis medan magnet oleh kulit superkonduktor. Seluruh perangkat ditempatkan di kolam nitrogen cair (superkonduktor suhu-tinggi memerlukan suhu rendah nitrogen cair untuk bekerja).

Biasanya, garis medan magnet memancar keluar dari lokasi dengan pembelokan tertentu dari waktu ke waktu dan meluruh dalam waktu lama. Tetapi, keberadaan medan magnet dapat terdeteksi dari titik –titik di sekelilingnya. Dengan cara itu, lubang cacing magnet baru menyalurkan medan magnet dari satu sisi silinder ke yang lain sehingga “tak terlihat” saat transit, dan dapat tampak muncul tiba-tiba dari sisi yang lain, para peneliti melaporkan dalam Scientific Reports (20/8).

“Dari sudut pandang magnetik pandang, Anda seperti memiliki medan magnet dari magnet menghilang di salah satu ujung lubang cacing dan muncul lagi di ujung lubang cacing yang lain,” kata Prat seperti dikutip Live Science.

Tidak ada cara untuk mengetahui apakah ‘lubang cacing’ magnetik bisa diterapkan di ruang angkasa, tetapi teknologi bisa memiliki diaplikasikan di Bumi, kata Prat. Bayangkan, bagaimana mesin magnetic resonance imaging (MRI), yang menggunakan medan magnet raksasa harus dilekatkan pada sekujur tubuh paien untuk mendiagnosa citra magnetik orang sakit. Tetapi, jika perangkat MRI telah dimodifikasi dengan teknik ‘lubang cacing’, maka dimungkinkan pasien-pasien dapat diperiksa atau didagnosa dari jarak jauh, tanpa harus bersentuhan dengan perangkat MRI secara langsung.  Jadi, suatu ketika, perangkat MRI  paling mutakhir itu bisa menyalurkan medan magnet dari satu tempat ke yang tempat yang lain, sehinga dimungkinkan mengambil gambar citra magnet utuh dari seseorang  dari jarak jauh, jelas Prat.

Untuk bisa melakukan itu, para peneliti perlu memodifikasi bentuk perangkat lubang cacing magnetik mereka. “Sebuah bola adalah bentuk yang paling sederhana untuk model, tetapi jubah silindris akan menjadi yang paling berguna untuk diterapkan dalam aplikasi medis,’’ tegas Prat.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author