Jakarta, Technology-Indonesia.com – Huawei resmi membuka pusat transparansi keamanan siber global dan perlindungan privasi atau Global Cyber Security and Privacy Protection Transparency Center terbesarnya di Tiongkok. Pembukaan sarana tersebut dihadiri oleh perwakilan dari GSMA, SUSE, British Standards Institution, serta regulator dari Uni Emirat Arab dan Indonesia yang masing-masing juga menyampaikan pandangan serta gagasan dalam acara pembukaan yang digelar secara virtual.
Rotating Chairman Huawei, Ken Hu mengatakan bahwa keamanan siber menjadi salah satu hal yang sangat penting saat ini. Ibarat sebuah industri, kita harus saling bekerjasama, berbagi praktik-praktik terbaik, dan membangun kemampuan kolektif dengan pemerintahan, pemangku standar, teknologi dan verifikasi.
“Kita perlu meningkatkan kepercayaan regulator dan bahkan kepada publik secara umum terhadap keamanan siber pada sebuah produk dan jasa layanan yang mereka gunakan setiap harinya. Bersama-sama, kami akan mencari cara untuk menyeimbangkan keamanan dan pembangunan di era digital yang semakin terus berkembang,” kata Ken Hu saat acara pembukaan di Dongguan Center (9/6/2021).
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letnan Jenderal (Purn) Hinsa Siburian berharap Pusat Transparansi Huawei akan memfasilitasi dan mewujudkan strategi, praktik-praktik dan komunikasi yang diperlukan untuk ekosistem keamanan siber. Keamanan siber telah menjadi prioritas bagi sebagian besar negara-negara di dunia. Sebab, ruang siber memberikan peluang yang lebih luas, khususnya bagi perekonomian, untuk mendorong kemakmuran dan kemajuan, serta mempererat hubungan lintas batas dan melengkapi operasi kekuatan di darat, laut, udara, dan angkasa.
“Ruang siber telah menjadi domain yang sangat strategis sebagai center of gravity, yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Tantangannya adalah bagaimana kita mampu menjaga dan memanfaatkan ruang siber untuk meningkatkan kesejahteraan nasional dan menjaga perdamaian di kawasan regional dan global,” kata Hinsa.
Selama beberapa tahun terakhir, digitalisasi industri, teknologi-teknologi mutakhir seperti 5G dan AI telah membuat ruang siber semakin kompleks, diperparah oleh fakta bahwa kebanyakan orang saat ini telah menghabiskan sebagian besar hidup mereka secara online selama masa pandemi COVID-19 masih berlangsung. Tren ini semakin memicu kenaikan resiko baru keamanan siber.
Huawei membuka Global Cyber Security and Privacy Protection Transparency Center baru di Dongguan untuk mengatasi masalah ini, menyediakan platform bagi pemangku kepentingan industri untuk berbagi keahlian dalam tata kelola dunia maya dan bekerja sama dalam solusi teknis.
Global Cyber Security and Privacy Protection Transparency Center ini dirancang untuk mendemonstrasikan solusi dan berbagi pengalaman, memfasilitasi komunikasi dan inovasi bersama, serta mendukung pengujian dan verifikasi keamanan. Dan akan terbuka untuk regulator, organisasi pengujian pihak ketiga independen, dan organisasi standar, serta untuk para pelanggan, mitra, dan pemasok Huawei.
Untuk memenuhi pendekatan terpadu terhadap keamanan siber di industri telekomunikasi dan organisasi, seperti GSMA dan 3GPP telah bekerja sama dengan pemangku kepentingan industri lainnya untuk mempromosikan NESAS sebagai spesifikasi jaminan keamanan dan sertifikasi independen. Hal mendasar ini telah diterima secara luas di industri dan akan memainkan peran penting dalam pengembangan dan verifikasi jaringan yang aman.
Selama acara peluncuran, Huawei juga merilis Product Cyber Security Baselines yang dikembangkan berdasarkan pengalaman mereka sendiri selama satu dekade dalam manajemen keamanan produk bersama dengan peraturan eksternal, standar teknis, dan persyaratan regulasi.
Baseline ini, bersama dengan mekanisme tata kelola Huawei lainnya, telah membantu memastikan kualitas, keamanan, dan kepercayaan produk Huawei. Selama bertahun-tahun, Huawei telah membangun lebih dari 1.500 jaringan yang menghubungkan lebih dari tiga miliar orang di 170 negara dan wilayah. Tak satu pun dari jaringan ini pernah mengalami insiden keamanan besar.
Pada penghujung pidatonya, Ken Hu mengatakan bahwa risiko keamanan siber adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, badan standar dan penyedia teknologi perlu bekerja lebih erat untuk mengembangkan pemahaman terpadu tentang tantangan keamanan siber. Ini harus menjadi upaya internasional.
Dia juga menyatakan bahwa semua pihak perlu menetapkan tujuan bersama, menyelaraskan tanggung jawab, dan bekerja sama untuk membangun lingkungan digital yang dapat dipercaya yang mampu menjawab tantangan hari ini dan masa depan.
Pendiri dan Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Ardi Sutedja K menyambut positif kehadiran Huawei Global Cyber Security and Privacy Protection Transparency Center. Pihaknya berharap keberadaannya akan menyumbang peran yang lebih besar dalam keamanan siber di masa depan.
“Sejalan dengan misi kami dalam memperkuat dan menjaga keamanan siber dan ketahanan di Indonesia, kami berharap organisasi lokal dapat belajar dan memanfaatkan secara optimal dari kehadiran pusat transparansi keamanan siber dan perlindungan privasi ini untuk menjadikan Indonesia makin aman di era digital,” kata Ardi.