Kemenristekdikti Bentuk Konsorsium Energi Panas Bumi

alt
Kunjungan Kerja Menristekdikti Mohamad Nasir ke PT. PGE di Kamojang Garut (Foto Biro KSKP Kemenristekdikti/Ardiah Syahputra)
 

Indonesia memiliki cadangan panas bumi yang berpotensi menghasilkan listrik sebesar 29.000 MW atau setara 40% potensi panas bumi dunia. Cadangan panas bumi tersebar di sepanjang jalur vulkanik Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara lalu berbelok ke Maluku dan Sulawesi.
 
Namun pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia baru sekitar 1.500-an Mega Watt atau kurang dari 5% potensi yang ada. Kapasitas terpasang tersebut seluruhnya mengadopsi teknologi asing. Untuk itu, pemerintah berupaya mengembangkan energi panas bumi guna memenuhi kebutuhan listrik nasional.
 
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah menginisiasi Konsorsium Energi Panas Bumi yang rencananya akan mulai dibiayai pada 2017. Konsorsium yang masih embrio ini terdiri dari para peneliti di perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
 
Konsorsium ini merupakan tindak lanjut pertemuan tingkat pimpinan baru-baru ini yang digagas oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kemenristekdikti mendapat tugas untuk membuat pusat studi panas bumi.
 
“Oleh karena itu kami menginisiasi pusat studi tersebut dengan konsorsium riset pengembangan energi panas bumi,” ujar Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhamad Dimyati. 
 
Salah satu pemanfaatan energi panas bumi adalah PLTP berskala kecil 3 Megawatt yang dikembangkan oleh PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) bekerjasama dengan BPPT yang berhasil dioperasikan secara komersial di Kamojang Garut, Jawa Barat. PLTP 3MW ini merupakan perwujudan dari upaya riset teknologi tipe flash condensing. Dari sisi bisnis, bila PLTP ini berhasil melampaui tahap pengujian lapangan, durabilitas dan kehandalan, maka hasilnya siap untuk proses hilirisasi. 
 
Menristekdikti, Mohamad Nasir menyambut baik kerjasama yang terjalin antara BPPT, PT. PGE dan akademisi dalam mengembangkan potensi panas bumi. 
 
“Saya mengapresiasi PGE yang mau mengujicobakan pembangkit listrik panas bumi skala kecil. Kemampuan anak bangsa dalam hal ini sebenarnya ada. Problemnya seringkali tidak sinkron antara pendidikan tinggi, dunia usaha dan peneliti, tidak link and match. Kolaborasi perekayasa dengan industri bisa bersatu dengan baik untuk memenuhi energi dalam negeri,” jelasnya saat Kunjungan Kerja ke PT. PGE di Kamojang Garut, Selasa (28/2/2017). 
 
Menristekdikti berpesan agar Tingkat Kandungan Dalam Negeri/TKDN diusahakan terus meningkat. Konsorsium nantinya harus dapat menghimpun sisi hulu dan hilir. Pembentukan konsorsium dan implementasinya ini diharapkan mampu mempercepat pengembangan industri energi panas bumi oleh SDM dan industri dalam negeri untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.
 
Wakil Ketua DPR RI, Agus Hermanto menyebutkan pengembangan energi panas bumi memerlukan keberpihakan dari pemerintah agar pemanfaatannya dapat optimal. Agus meminta pada pemerintah agar proses pengembangan energi ini dapat dipercepat karena anggarannya sudah ada. “Legal standing harus ada juga supaya bisa melakukan segala sesuatunya dengan aman,” katanya.
 
Konsorsium Riset Nasional akan mendukung penuh Konsorsium Industri Nasional dimana konsorsium tersebut program Industri PLTP Dalam Negeri, termasuk tentang dukungan pendanaannya dan pasarnya, dapat lebih terarah dan terintegrasi dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author