Jika Boros Energi Dibiarkan, 2030 Indonesia Impor Energi

gogreen

Tahun 2030 Indonesia diperkirakan akan impor energi (semua jenis) mencapai 1,05 miliar setara barel minyak (SBM). Jenis impor akan didominasi impor BBM mencapai 57 persen, minyak mentah 36 persen dan LPG 6,8 persen.

Hal itu didasarkan perkiraan minyak bumi mengalami defisit mencapai 387 barel minyak (BM) atau lebih dari 1 juta barel per hari. Jenis BBM ini akan mengalami defisit dengan perkiraan mencapai 614 juta SBM pada tahun 2030. Di tahun yang sama, tingkat konsumsi batubara domestik pun mencapai 470 juta ton.

Perkiraan tersebut dilandasi outlook energi yang dikeluarkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diakhir tahun 2011 ini.

Kepala BPPT Marzan Aziz Iskandar menyatakan perkiraan potensi Indonesia akan menjadi negara pengimpor energi di tahun 2030 didasari asumsi pertumbuhan ekonomi, harga minyak dan pertumbuhan penduduk yang kemudian menghasilkan gambaran outlook energi Indonesia 2011.

Marzan menjelaskan perkiraan status supply dan demand energi Indonesia sampai dengan tahun 2030 bisa menjadi masukan dalam sistem perencanaan energi baik penggunaan dan penyediaan sekaligus memunculkan antisipasi dari gambaran situasi yang diperkirakan.

“Harus ada antisipasi untuk mengurangi prediksi tersebut. Karena situasi impor menggambarkan energi yang disediakan dalam negeri kurang dibandingkan jumlah energi yang dibutuhkan. Caranya bisa dengan meningkatkan efisiensi energi dan fasilitas hemat energi,” kata Marzan.

BPPT juga memperkirakan kebutuhan LPG tahun 2030 mencapai 12 juta ton dan 9 juta ton dipenuhi dari impor. Demikian halnya Konsumsi listrik juga akan naik 7 kali lipat, tumbuh sekitar 9,4 persen per tahun dari 135 TWh tahun 2009 menjadi 890 TWh tahun 2030.

Tingginya produksi listrik tersebut memerlukan pembangunan kapasitas pembangkit listrik mencapai 6 kali lipat dari 34 gigawatt tahun 2009 menjadi 183 gigawatt tahun 2030.

Di sisi lain energi baru terbarukan (EBT) berpeluang mencapai 524 juta SBM naik 12,4 persen dari kondisi saat ini. Jenis EBT yang berpotensi dikembangkan antara lain bahan bakar nabati dan panas bumi.

Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi BPPT MAM Oktaufik menilai kekhawatiran ketahanan energi diharapkan mampu membuat EBT memiliki peran. Namun pengembangan EBT masih menghadapi tantangan seperti daya saing dan harganya yang relatif lebih mahal.

Senada dengan itu, Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material BPPT Unggul Priyanto menegaskan pentingnya upaya pengurangan peran minyak bumi guna meningkatkan efisiensi energi.*

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author