Prof. Ir. Djajadi, M.Sc., Ph.D Profesor Riset Bidang Budidaya Tanaman

Bogor, Technology-Indonesia.com – Ir. Djajadi, M.Sc., Ph.D dikukuhkan menjadi profesor riset bidang budidaya tanaman oleh Majelis Pengukuhan Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) di Bogor, Senin (21/12/2020). Pada orasi pengukuhan profesor riset yang digelar secara virtual, Djajadi menyampaikan orasi berjudul “Inovasi Teknologi Budidaya Terpadu untuk Peningkatan Daya Saing Dan Keberlanjutan Usahatani Tembakau (Nicotiana Tabacum L.)”

Djajadi menerangkan bahwa tembakau merupakan komoditas bernilai ekonomi penting bagi negara. Tembakau menjadi bahan baku utama industri cerutu, rokok, dan tembakau olahan, serta produk lainnya seperti parfum, kosmetik dan pestisida. Indonesia dikenal sebagai penghasil tembakau untuk bahan baku rokok kretek yang merupakan campuran tembakau dan cengkeh, yaitu rokok khas satu-satunya di dunia yang dalam kurun waktu 2011 – 2019 produksinya sebesar 95% dari total produksi rokok nasional.

Areal tanam tembakau di Indonesia tersebar di 15 provinsi, dengan luas rata-rata per tahun 210 ribu hektare (ha) dan produksi total 184 ribu ton. Berbagai jenis tembakau dibudidayakan untuk bahan baku rokok dalam bentuk perkebunan rakyat. Tembakau di Indonesia diusahakan oleh 689.260 petani, jumlah petani terbanyak di antara Negara ASEAN.

Namun demikian produktivitas tembakau di Indonesia paling rendah di ASEAN, yaitu antara 0,45 sampai 1,30 ton/ha. Produktivitas tembakau di Thailand dan Filipina rata-rata mencapai 2 ton/ha. “Tingginya produktivitas tembakau di Thailand sangat didukung oleh penerapan inovasi teknologi, antara lain teknologi perakitan varietas unggul, mekanisasi, dan pemupukan berimbang yang efisien,” ungkap Djajadi.

Menurutnya, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tembakau sesuai dengan inovasi teknologi budidaya yang tersedia. Contohnya, dengan penanaman varietas unggul dan aplikasi pupuk berimbang, produktivitas tembakau Virginia di Lombok dapat mencapai 2,6 ton/ha. Pananaman varietas unggul dengan pemupukan berimbang di Pamekasan juga meningkatkan produktivitas 33% dan mutu tembakau lebih tinggi daripada penggunaan pupuk tunggal N saja.

Untuk memenuhi kebutuhan industri hasil tembakau (IHT), lanjutnya, Indonesia masih mengimpor tembakau. Impor tersebut meningkat sejak tahun 2008 karena produksi tembakau dalam negeri tidak mencukupi. Besarnya impor tembakau akan mengurangi pembelian tembakau produksi dalam negeri, sehingga mengancam keberlanjutan usahatani.

“Indonesia mempunyai peluang untuk meminimalkan impor tembakau Virginia dengan meningkatkan produktivitas dan mutunya, serta produksi nasional, sehingga keberlanjutan usahatani tembakau dalam negeri juga dapat dipertahankan,” tuturnya.

Lebih lanjut Djajadi menerangkan bahwa masalah utama budidaya tembakau dalam peningkatan produktivitas dan mutu tembakau Virginia adalah keterbatasan luas areal tanam dan belum diterapkannya teknik budidaya yang tepat (Good Agricultural Practices/GAP). Pada umumnya petani dalam budidaya tembakau masih berdasarkan pengalaman.

Kendala dalam budidaya tembakau telah diatasi dengan serangkaian penelitian teknik budidaya yang difokuskan pada pemetaan kesesuaian lahan tembakau Virginia, konservasi tanah, pengelolaan hara yang tepat, dan seleksi varietas untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tembakau.

“Penerapan teknik budidaya tembakau terpadu dengan komponen bibit sehat, varietas unggul, konservasi tanah, pengolahan tanah minimal, dan penyemprotan bakterisida, sangat efektif dalam meningkatkan produktivitas tembakau,” ungkap peneliti kelahiran Malang, Jawa Timur tanggal 14 Februari 1961 ini.

Dengan implementasi inovasi teknologi budidaya tembakau terpadu, maka daya saing, produktivitas dan mutu tembakau dalam negeri dapat ditingkatkan sehingga impor tembakau dapat diminimalkan dan usahatani tembakau dapat dijamin keberlanjutannya.

Djajadi merupakan anak kedua dari pasangan Paimoen dan Djanti. Menikah dengan Nurul Aini dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Agri Kaltaria Anisa dan Muhamad Gilang Ilma.

Menamatkan Sekolah Dasar di SDN Sanansari II (1973), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 3 Malang (1976), Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 (1980). Memperoleh gelar sarjana Pertanian dari Universitas Brawijaya tahun 1985. Gelar Master of Science dan gelar Doktor bidang Soil Science and Plant Nutrition diperoleh dari University of Western Australia, masing-masing pada tahun 1997 dan tahun 2007.

Djajadi pernah mengikuti beberapa pelatihan yang terkait dengan bidang kompetensinya, antara lain Research Management di University of Los Banos, Philippines tahun 1993 dan Environmental Scanning Electron Microscope di University of Western Australia pada tahun 1994 dan 2005.

Jabatan fungsional peneliti diawali sebagai Asisten Peneliti Muda (1991), Ajun Peneliti Muda (1992), Ajun Peneliti Madya (1997), Peneliti Muda (2001), Peneliti Ahli Madya golongan IV/b (2008), Peneliti Madya golongan IV/c (2013), Peneliti Utama golongan IV/d (2018), dalam Bidang Budidaya Tanaman. Ia telah menghasilkan 73 karya tulis ilmiah (KTI), baik yang ditulis sendiri maupun dengan penulis lain dalam bentuk buku, jurnal dan prosiding.

Djajadi telah melepas 12 varietas unggul tembakau sebagai peneliti pendamping. Ikut aktif dalam pembinaan kader ilmiah, yaitu sebagai pembimbing jabatan fungsional peneliti pada tahun 2017, pembimbing mahasiswa S1 sebanyak 27 mahasiswa dan penguji disertasi (S3) 4 mahasiswa pada Universitas Brawijaya Malang.

Ia aktif sebagai anggota dalam organisasi profesi ilmiah yaitu sebagai anggota Himpunan Ilmu Tanah Indonesia, Perhimpunan Agronomi Indonesia, dan Himpunan Peneliti Indonesia.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author