TechnologyIndonesia.id – Polusi udara telah menjadi permasalahan serius di wilayah ibukota Jakarta dan sekitarnya. Salah satu bentuk polusi udara yang sangat mengkhawatirkan adalah tingginya tingkat partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer (PM 2,5).
Partikel PM 2,5 berasal dari berbagai sumber, termasuk emisi kendaraan bermotor, industri, pembakaran biomassa, dan proses alami seperti debu dan bakteri. Kepadatan lalu lintas yang tinggi dan banyaknya industri di wilayah Jakarta serta pola hidup masyarakat yang cenderung tidak ramah lingkungan, memperparah tingkat PM 2,5.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar (PRTPS), Organisasi Riset Energi dan Manufaktur menggandeng PT Nafas Aplikasi Indonesia untuk mengembangkan metode investigasi sumber polutan berbasis data sensor dan perwujudan zona udara bersih untuk area terdampak emisi energi konvensional.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) di Gedung 720 KST BJ Habibie, Serpong, Jumat (12/01/2024).
Melalui kerja sama ini, BRIN dan PT Nafas Aplikasi Indonesia akan menggunakan data sensor dari berbagai sumber untuk memantau kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya. Data ini akan digunakan untuk melakukan investigasi sumber polutan, termasuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berkontribusi paling besar terhadap peningkatan PM 2,5.
Selain itu, kerja sama ini juga bertujuan untuk mewujudkan zona udara bersih di area terdampak emisi energi konvensional. BRIN dan PT Nafas Aplikasi Indonesia akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan strategi mitigasi yang tepat untuk mengurangi tingkat PM 2,5.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) Haznan Abimanyu mengatakan kerja sama ini dapat meningkatkan kontribusi BRIN sebagai lembaga riset dalam memajukan teknologi dan sebagai tanggung jawab penjaga mutu riset, hasil riset atau hasil data yang dikumpulkan oleh berbagai pihak.
“Inti dari kerjasama ini adalah untuk memonitoring polusi udara yang dapat menjadi titik awal dalam rangka menjaga lingkungan udara disekitar kita, terutama pada area jabodetabek dan tentunya dapat membantu pihak swasta dalam memajukan usaha dan kontribusi yang berkaitan dengan masalah polusi udara,” ujar Haznan.
Chief Executive Officer (CEO) PT Nafas Aplikasi Indonesia, Nathan Roestandy, mengatakan kolaborasi dengan BRIN adalah upaya bersama untuk berkontribusi dalam hal isu polusi udara.
“Kami telah melakukan upaya untuk membantu dan berkontribusi dalam mengatasi polusi udara, beberapa langkah telah kami ambil akan tetapi untuk mengatasi masalah polusi udara yang sekompleks ini kami perlu dukungan dari instansi lainnya seperti BRIN,” jelas Nathan.
“Semoga kerjasama ini dapat menjadi sebuah landasan untuk kolaborasi lainnya yang akan kita lakukan kedepannya,” imbuhnya.
Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar Teguh Muttaqie menyampaikan kerja sama ini adalah suatu awal yang baik di tahun 2024.
“Pesan saya bahwasanya kita telah menjadi satu keluarga dengan adanya kerjasama ini, kedepannya apabila ada temuan dari hasil kerjasama ini maka kita akan sampaikan kepada masyarakat sehingga ini akan membangun branding bagi Nafas sebagai pihak swasta dan BRIN sebagai center of excellence,” tutur Teguh.
Kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan berharga dan tindakan nyata untuk mengatasi masalah polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.
Hasil dari riset ini diharapkan dapat memberikan dasar bagi pengembangan strategi mitigasi yang tepat untuk mengurangi tingkat PM 2,5 dan memastikan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi seluruh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. (Sumber: brin.go.id)