Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pulau Bintan, salah satu gugus dari Kepulauan Riau menjadi salah satu lokasi prioritas Kementrian Pertanian (Kementan) untuk pengembangan sektor pertanian di wilayah perbatasan khususnya subsektor hortikultura. Selain lokasinya yang dekat dengan Singapura, Bintan memiliki potensi lahan yang dapat menjadikannya menjadi salah satu penyuplai sayuran segar ke negara tetangga tersebut.
Sistem pertanian modern terpadu dan berkelanjutan melalui pendekatan kawasan merupakan salah satu upaya yang terus dilakukan Kementan. Sistem pertanian ini dilakukan melalui upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi; pengembangan pertanian ramah lingkungan untuk menekan penggunaan bahan kimia agar memenuhi standar ekspor; pembangunan infrastruktur pertanian untuk mempermudah akses usahatani dan pemasaran; serta perbaikan kualitas dan nilai tambah produk pertanian melalui pendekatan teknologi panen dan pascapanen.
Salah satu upaya nyata dalam pembangunan sektor pertanian di perbatasan tersebut adalah dengan mengadakan bimbingan teknologi (Bimtek) pascapanen yang dilakukan oleh para peneliti Litbang Pascapanen. Bimtek yang diselenggarakan pada Jumat (14/6/2019) di Desa Toapaya, Kabupaten Bintan ini diikuti sekitar 20 orang petani sayuran dari sekitar lokasi PHO percontohan. PHO tersebut dibangun di atas tanah salah seorang anggota kelompok Tani Sayur dengan pembiayaan dari Badan Litbang Pertanian.
Percontohan PHO telah dilengkapi dengan fasilitas standar yang diperlukan dalam penanganan segar sayuran, diantaranya bak pencucian, meja peniris, meja sortasi dan pengemasan, blower, dan timbangan. PHO tersebut juga dilengkapi showcase sebagai salah satu alternatif penyimpanan yang dapat dilakukan di lapangan untuk mempertahankan kesegaran sayuran disamping penggunaan kotak styrofoam dengan es batu.
Pengenalan terhadap teknologi pascapanen sayuran diberikan mulai dari cara panen yang benar hingga proses kemasan dan penyimpanan. Petani didorong mengaplikasikan teknologi dengan memanfaatkan semua fasilitas PHO yang sudah ada.
Salah satu hasil penelitian para peneliti dari Balai Besar Pascapanen Litbang Pertanian, bahwa dengan penanganan sayuran berdaun sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) yang diperkenalkan dapat mempertahankan kualitas sayuran. Proses pencucian akar (bagi sayuran yang dipanen dengan akarnya), penirisan, penggunaan kemasan plastik dan penggunaan styrofoam yang diberi es batu pada dasar kemasan dapat mempertahankan kualitas sayuran tetap layak jual hingga tiga hari. Dengan umur simpan yang lebih panjang diharapkan kerusakan sayuran menjadi lebih rendah sehingga kerugian petani dapat ditekan.
Sebagian besar petani sayuran yang mengikuti bimtek, memberikan respon yang positif terhadap adanya kegiatan percontohan dan bimtek ini. Namun, mereka tetap berharap adanya jaminan pasar terhadap produk yang mereka hasilkan. Dengan kualitas sayur yang lebih baik, kemasan yang lebih menarik dan daya tahan produk lebih lama, sudah sepantasnya nilai jual akan meningkat.
Untuk itu, dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bintan sangat diharapkan. Dinas Kabupaten dapat mencarikan pasar bagi produk-produk bermutu yang dihasilkan oleh para petani-petani tersebut sebelum akhirnya dapat mencarikan peluang pasar ekspor sayuran segar ke negara tetangga terdekat, yaitu Singapura.