TechnologyIndonesia.id – Sembilan belas mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mengikuti Seminar Hasil Penelitian Mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Pusat Riset Fotonika (PRF) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), KST BJ. Habibie Serpong, Tangerang Selatan pada Rabu, 24 Januari 2024.
Seminar Riset Fotonik ini diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, yaitu Universitas Negeri Semarang, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Sari Mutiara.
Seminar ini menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mempresentasikan hasil kerja keras mereka selama mengikuti program MBKM. Acara ini juga menjadi ajang bagi peneliti untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan mahasiswa.
Kepala Pusat Riset Fotonik, Isnaeni menyebutkan bahwa tujuan diselenggarakannya seminar ini ialah untuk menampilkan hasil penelitian, sebagai syarat mahasiswa menyelesaikan program MBKM.
‘’Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa lain yang ingin mengikuti program MBKM di BRIN,‘’ harapnya.
Peneliti di PRF BRIN Andi Setiono, selaku pembicara utama memaparkan materi tentang Teknologi Fiber Optic Sensing.
Ia menjelaskan bahwa fiber optic sensing merupakan teknologi baru yang memiliki berbagai kelebihan, seperti tahan terhadap interferensi gelombang elektromagnetik, dan memiliki sensivitas yang tinggi. Selain itu, teknologi ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai parameter fisika, kimia, dan biologi.
Andi mengungkapkan bagaimana cara kerja penginderaan serat optik sebagai prinsip operasi, yang meliputi pertama penginderaan berbasis intensitas, artinya memantau perubahan intensitas cahaya yang melewati serat optik, sebagai contoh sensor berbasis pembengkokan.
Kedua penginderaan berbasis panjang gelombang, yakni mengandalkan perubahan panjang gelombang sinyal cahaya yang merambat melalui serat, contohnya sensor FBG.
Ketiga, lanjut Andi penginderaan berbasis fase, yaitu mengukur perubahan fase gelombang cahaya saat melintasi serat optik, contoh interferometer Fabry-Perot. Keempat, penginderaan berbasis polarisasi, ialah menjelajahi perubahan keadaan polarisasi cahaya yang merambat melalui serat, dengan contoh sensor arus polarimetri.
Terakhir penginderaan berbasis waktu transit, yaitu melibatkan pengukuran waktu yang dibutuhkan cahaya untuk merambat sepanjang serat, contohnya OTDR.
Menurut Andi, dapat disimpulkan bahwa penginderaan serat optik mengubah lanskap teknologi penginderaan dengan aplikasinya yang unik dan serbaguna. Sensor serat optik memiliki beragam aplikasi, mulai dari pemantauan kesehatan struktural hingga proses industri.
‘’Kemajuan dalam miniaturisasi, menjadikan sensor serat optik lebih serbaguna dan dapat diterapkan di area dengan keterbatasan spasial,’’ ujarnya
Sementara itu Andrianopsyah, Peneliti di PRF – BRIN, juga menerangkan tentang teknik penelusuran kebaruan penelitian. Menurutnya suatu penelitian dikatakan memiliki kebaruan jika memenuhi salah satu dari tiga kriteria, diantaranya alat yang digunakan adalah alat baru, metode yang digunakan adalah metode baru, dan manfaat yang dihasilkan adalah manfaat baru.
“Kebaruan penelitian penting untuk dilakukan agar tidak terjadi duplikasi penelitian dan untuk menghasilkan teknologi baru yang bermanfaat,” ucapnya.
Selanjutnya Andrian menjabarkan beberapa manfaat kebaruan diantaranya agar kita tidak menghabiskan sumberdaya kita untuk mengulang penelitian yang sudah diketahui hasilnya (kecuali untuk mengonfirmasi hasil penelitian tersebut).
‘’Kemudian supaya ilmu pengetahuan berkembang, serta memperoleh alternatif yang lebih efektif dan efisien untuk teknologi saat ini. Selain itu supaya kita tidak dituduh menjiplak, dan kita berhak memperoleh publikasi ilmiah,’’ pungkas Andrian. (Sumber brin.go.id)