Sidrap & Enrekang, Technology-Indonesia.com – Peran riset dan inovasi teknologi dalam bidang pertanian dan peternakan menjadi perhatian khusus Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Inovasi yang berdampak langsung dalam membantu peningkatan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat akan terus didukung dan dikembangkan.
Hal tersebut terangkum dalam kunjungan kerja Menristek/Kepala BRIN, Bambang P.S. Brojonegoro di Kabupaten Sidenreng-Rappang dan Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsek), Kamis (31/10/2019).
Dalam acara Uji Terap dan Serahterima Traktor Tangan Berbahan Bakar Gas di Kabupaten Sidenreng- Rappang, Menristek mengapresiasi hasil inovasi konverter gas yang diaplikasikan dalam traktor tangan. “Penggunaan inovasi konverter gas dalam traktor tangan ini akan berdampak pada peningkatan efisiensi produksi pertanian, mengurangi emisi udara, serta mengurangi subsidi pemerintah untuk BBM yang semakin membengkak,” papar Bambang.
Dirjen Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati menjelaskan bahwa dari sekitar 20 ribu penelitian per tahun yang dikelola, sebagian diantaranya telah didorong untuk mencapai tingkat kesiapterapan teknologi (TKT 6-7) yang selanjutnya siap di-hilirisasi menjadi produk inovasi. Beberapa diantara produk inovasi tersebut berkategori teknologi tepat guna (TTG) yang bisa langsung dimanfaatkan oleh masyarakat dan diproduksi UMKM.
Salah satunya adalah konverter kit karya inovator Abdul Hakim Pane. Produk ini sebelumnya telah diujiterapkan dan diaplikasikan pada kapal nelayan, alat transportasi darat, serta saat ini pada traktor tangan.
Dipilihnya Kabupaten Sidenreng-Rappang sebagai area ujiterap traktor tangan berbahan bakar gas, karena Kabupaten ini merupakan lumbung padi dan pangan di Provinsi Sulsel.
Bupati Sidenreng Rappang, Dollah Mandommenuturkan bahwa wilayahnya menyumbang surplus beras sebanyak 200 ribu ton per tahun dari total 400 ribu ton beras yang dihasilkan. Jumlah tersebut berasal dari 49 ribu hektare lahan yang digarap. “Disamping beras, kami juga memproduksi 2 juta telur per hari dan menjadi produsen telur terbesar se-Sulsel,” ujar Bupati.
Bupati Dollah berkeyakinan bahwa inovasi di bidang mekanisasi pertanian, akan membawa manfaat besar dalam pembangunan pertanian di Sulsel, khususnya di wilayahnya.
Tantangan ke depan dalam pemanfaatan inovasi konverter kit untuk traktor tangan adalah perlunya kebijakan distribusi bahan bakar gas untuk sektor pertanian, sehingga tidak bertabrakan dengan kebutuhan gas untuk rumah tangga.
“Kami akan segera berkoordinasi dengan Kementerian dan BUMN terkait untuk merumuskan kebijakan ini,” ujar Bambang.
Sementara itu, pada acara Temu Mitra Maiwa Breeding Center (MBC) dengan Menristek/Kepala BRIN yang diadakan di MBC Kabupaten Enrekang, Menristek kembali mengapresiasi model implementasi inovasi para peneliti untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para peternak.
Dirjen Penguatan Inovasi, Jumain Appe mengatakan MBC merupakan Program Pengembangan Industri Pembibitan Sapi Lokal Berbasis Iptek yang dikelola oleh Fakultas Peternakan Unhas, bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Enrekang, dan PT. KAR dengan dukungan penuh Kemenristekdikti melalui Program inovasi Industri. Melalui sistem inti-plasma, MBC bergerak dari hulu sampai hilir dalam usaha peternakan.
“Mulai dari penyediaan sperma bibit unggul dan pelayanan inseminasi buatan, penyediaan bibit untuk digemukkan oleh peternak, pengolahan pakan, hingga pengolahan daging, serta menjadi pusat pembelajaran (teaching industry),” tutur Jumain.
Inisiasi lahirnya MBC diawali dengan kunjungan Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) pada 2007 di mini ranch Maiwa. Saat itu, tercetus keinginan untuk menghasilkan daging kualitas unggul sebagaimana Kobe Beef di Jepang dengan memberi nama Maiwa Beef yang diharapkan lahir dan diproduksi dari daging sapi lokal.
Fakultas Peternakan Unhas berusaha untuk berkontribusi dalam pusaran isu daging sapi nasional dengan melahirkan produk inovasi sapi Bali Polled (sapi lokal tanpa tanduk) mulai dari inovasi perbibitan sapi dengan menghasilkan sapi bibit dan straw sapi Bali Polled, inovasi pakan, inovasi produk olahan berupa Maiwa Beef dan Bakso, serta rekayasa kelembagaan bersama masyarakat untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi di Sulsel.
MBC sebagai Teaching Industry Perbibitan Sapi Lokal menjadi pusat pembelajaran bagi pelaku usaha lainnya yang akan mengembangkan perbibitan sapi yang terintegrasi. Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristek/BRIN dalam bentuk pembiayaan dan pendampingan program sejak 2016 hingga sekarang.
Kegiatan ini juga bekerjasama dengan beberapa mitra dalam hal ini Pemkab Enrekang, Pemkab Barru, Pemkab Soppeng, LIPI, PT. KAR, Pemprov Sulawesi Selatan. Di level nasional, konsep inti plasma yang dikembangkan ini juga sejalan dengan konsep flagship nasional tahun 2020-2024.
Saat ini, sapi induk milik MBC berjumlah 643 ekor dengan anak yang telah lahir sebanyak 285 ekor dan induk bunting 412 ekor. Untuk sapi penggemukan sebanyak 130 ekor. Produksi Straw sapi Bali bertanduk dan Polled 100.000/tahun dan bersertifikat kesesuaian SNI dari LS PRO untuk produksi bibit sapi.
MBC mampu memproduksi Maiwa Beef dan Bakso dengan kapasitas 1 ton/ hari serta telah memperoleh dua sertifikat yaitu sertifikat halal dari LP POM MUI dan sertfikat kontrol veteriner. Serta produksi unit pakan dengan kapasitas 50 ton/ bulan. Mitra peternak MBC dengan sistem bagi hasil sebanyak 213 orang peternak yang tersebar di Kabupaten Enrekang, Barru dan Soppeng.
Bupati Enrekang Muslimin Bando menyambut baik daerahnya dipilih sebagai salah satu wilayah percontohan penerapan inovasi di bidang peternakan.
“Masyarakat Enrekang memiliki sejarah sebagai peternak. Kami berharap ke depannya program inti-plasma yang dijalankan MBC bisa menjangkau dua ribu kepala keluarga dengan 10 ribu ekor sapi, dari yang ada saat ini sebanyak seribu ekor untuk 200 KK,” harap Bupati Muslimin. Bupati juga telah menggagas pendirian sekolah vokasi peternakan yang akan terpadu dengan area MBC.
Masyarakat petani dan peternak, serta penyuluh yang hadir pada kedua acara terpisah, begitu antusias dan menaruh harapan besar agar hasil-hasil inovasi teknologi lebih membumi dan memberikan kontribusi nyata sekaligus menjadi solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari.
Menristekditi berjanji untuk terus mendukung agar penerapan hasil riset dan inovasi dapat berkembang dan menjangkau lebih banyak petani/peternak. Sehingga mereka bisa memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, dan mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk impor.
“Saya berharap ke depan, dengan kontribusi iptek, kualitas daging lokal tidak lagi nomor dua, tapi sejajar bahkan lebih baik dari daging impor,” tegas Bambang.