Kisah Sukses Sumali Kembangkan Ayam KUB

Bogor, Technology-Indonesia.com – Berawal dari 2.500 DOC (Day Old Chicken) yang dibelinya dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah pada awal 2019, Sumali (50 tahun) sukses membudidayakan Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB). Untuk membantu sesama peternak Ayam KUB, Warga Salatiga ini mendirikan Asosiasi Peternak Ayam KUB (Anak Akub) yang kini memiliki perwakilan di 10 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

Sebelum beternak Ayam KUB, Sumali yang memiliki rumah makan dengan menu ayam kampung sering kesulitan mencari bahan baku. Saat melihat pameran di BPTP Jawa Tengah, Sumali tertarik dengan keunggulan Ayam KUB dan langsung memesan 2.500 DOC. Sebagian DOC dibesarkan menjadi induk, sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan rumah makannya.

Awalnya, Sumali mengaku mengalami kesulitan untuk memasarkan Ayam KUB karena banyak yang belum mengenal ayam KUB sehingga ditawar rendah. Akhirnya ayam dibesarkan dan dimanfaatkan memenuhi kebutuhan warung makan miliknya.

“Sekarang jual DOC, telur dan karkas gampang, sudah banyak konsumen datang ke rumah. Untuk produksi dan penjualan tidak ada kendala, stok selalu habis. Sekarang saya malah kewalahan menerima pesanan karena warung-warung sudah mulai buka,” tutur Sumali saat menerima apresiasi peternak sukses dari Pusat Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) di Bogor pada Senin (15/11/2021).

Sumali saat menerima apresiasi peternak sukes dari Puslitbangnak

Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Tike Sartika dalam tayangan video menyebutkan bahwa Ayam KUB merupakan hasil seleksi peneliti Balitbangtan selama 6 generasi. Upaya ini dilakukan untuk menghasilkan bibit unggul ayam kampung asli Indonesia.

“Ayam kampung banyak diminati masyarakat, tetapi mau mencari bibit sangat sulit. Ayam kampung produksi telurnya sangat rendah sehingga DOC yang dihasilkan sangat sedikit,” terang Tike.

Untuk itu, Balitbangbangtan melakukan seleksi ayam kampung dari beberapa tempat untuk meningkatkan produksi telurnya dengan cara menghilangkan sifat mengeramnya. Menurut Tike, ayam kampung biasanya bertelur 10-15 butir langsung mengeram, selanjutnya istirahat dan bertelur kembali.

Penelitian dimulai sekitar tahun 1998 baru dihasilkan Ayam KUB sekitar tahun 2011. “Ayam kampung pada umur 3 – 4 bulan masih kecil, tapi Ayam KUB pada umur 60-70 hari sudah mulai bisa dipanen. Daging Ayam KUB juga lebih empuk,” imbuhnya.

Usaha ternak ayam KUB, beberapa tahun terakhir ini sudah cukup masif dan berkembang di seluruh Indonesia mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, sampai di Papua. Salah satunya usaha ternak milik Sumali yang mengusung konsep terintegrasi. Selain kandang ayam di sekitar rumahnya, Sumali juga membangun blok untuk DOC. Selain itu, Sumali juga menanam azolla untuk pakan alternatif.

“Kita dibantu BPTP untuk membuat pakan dari limbah industri dan rumah tangga seperti bungkil sawit, roti kadaluarsa asal tidak berjamur, dan lain-lain. Kita juga menggunakan azolla yang ditanam di belakang rumah. BPTP Jawa Tengah selalu memantau. Pakan yang kita bikin secara berkala dikontrol di laboratorium,” terang Sumali.

Pemasaran usaha Ayam KUB miliknya hampir ke seluruh wilayah di Jawa Tengah. Sumali melayani permintaan untuk calon indukan dan memproduksi DOC untuk peternak rumah tangga. Sementara karkas ayam dan telur dipasarkan di sekitar Semarang, Yogyakarta, dan Ungaran.

“Untuk DOC, kalau laku langsung kita jual, kalau belum kita pelihara sendiri. Setelah umur 3 bulan, kita seleksi yang kurang bagus dijual untuk konsumsi atau warung makan. Sementara yang bagus kita jadikan indukan,” kata Sumali yang mengaku mendapatkan omzet antara Rp 25-40 juta dalam sebulan.

Dengan adanya Asosiasi Peternak Ayam KUB mulai banyak yang berminat menjadi peternak Ayam KUB. Setiap bulan sekali diadakan pertemuan untuk membahas berbagai hal terkait usaha ternak Ayam KUB. Menurut Sumali, saat ini sudah banyak anggota perkumpulan yang memiliki mesin tetas. “Potensi ayam kampung sangat bagus dan cerah sehingga bisa membentuk peternak mandiri,” imbuhnya.

Selain hasil telurnya bagus, Ayam KUB juga memiliki daging yang lebih empuk dari ayam kampung lokal. Tak heran jika di Resto Mas Karebet milik Sumali dengan menu spesial ingkung Ayam KUB sangat laku. “Rasanya enak dan tidak begitu alot,” tutur Sumali yang juga memiliki usaha kuliner Soto Kudus.

Bagi pemula yang ingin berbudidaya ternak Ayam KUB, Sumali berpesan bahwa untuk menjadi peternak harus konsentrasi dan mau belajar misalnya dengan bertanya pada orang yang sudah paham. Selain itu, jangan menyerahkan usaha ternak pada orang yang belum jelas atau belum berpengalaman. “Itu bisa menjadi biang kerok kebangkrutan atau kematian ayam,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author