Jakarta, Technology-Indonesia.com -Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan ekspor berbagai komoditas pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) juga terus berinovasi mendekatkan produk risetnya dengan kebutuhan pasar, baik domestik maupun mancanegara.
Kepala Balitbangtan, Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si., menegaskan bahwa komoditas pangan harus bisa tembus pasar ekspor. CV. Arindo Makmur yang telah bermitra dengan salah satu UPT Balitbangtan yakni Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) pada 2 Maret 2021, memulainya dengan melakukan ekspor perdana ubi jalar ke Cina sebanyak 24 ton dari target sebesar 40 ton.
Ubi jalar yang diekspor merupakan varietas hasil rakitan Balitbangtan, yakni Beta 1. Ubi yang diekspor tersebut mempunyai kandungan betakaroten yang tinggi, bahkan hampir sama dengan wortel.
Tingginya kandungan betakaroten dapat diduga dari warna daging umbinya yang berwarna orange. Ubi jalar Beta 1 berpotensi sebagai sumber pangan sehat dan menyehatkan, diantaranya untuk kesehatan mata.
Keunggulan varietas ubi jalar Beta 1 memiliki potensi produksi tinggi. Potensi hasil varietas ini mencapai 35,7 ton/ha dengan umur panen 4,0-4,5 bulan.
Varietas ubi jalar yang kaya betakaroten ini potensial dikembangkan secara komersial oleh agroindustri pangan dalam meningkatkan asupan pro-vitamin A bagi masyarakat.
Ashat Arifin selaku Direktur CV. Arindo Makmur, memanfaatkan keunggulan ubi ini dan memasarkannya hingga tembus ekspor negara tujuan Cina. Intensitas ekspor akan terus ditingkatkan, urainya dengan penuh keyakinan.
“Ubi jalar tersebut nantinya akan diolah menjadi tepung, campuran roti, olahan pasta, dan keju serta stik,” tambah Ashat.
Untuk memenuhi permintaan konsumen, CV. Arindo Makmur mendapatkan support dari komunitas petani ubi jalar yang berada di Malang. Bahkan, varietas Antin 2 juga menarik perhatian dari negara Thailand, dan akan direncanakan menjadi target ekspor pada periode berikutnya. Strateginya adalah memperluas pertanaman di Jawa Barat.
Memang diakui bahwa saat ini masih ada kendala dalam budidaya produksi ubi jalar untuk keperluan ekspor. Hanya sekitar 60% dari produksi 1 hektare yang bisa digunakan untuk umbi ekspor.
Kepala Balitkabi, Dr. Ir. Titik Sundari, M.P., yang hadir pada ekspor perdana tersebut siap untuk memberikan bimbingan teknis budidaya ubi jalar, sehingga rendemen umbi untuk ekspor menjadi meningkat. (Sumber Balitkabi)
Ekspor Perdana Ubi Jalar Rakitan Balitbangtan ke Cina
