Bogor, Technology-Indonesia.com – Tanah di Indonesia menjadi tumpuan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia yang mencapai 267 juta jiwa. Namun, ketersediaan lahan untuk pertanian menghadapi berbagai tantangan diantaranya maraknya alih fungsi lahan. Di sisi lain, sekitar 75% tanah di Indonesia bersifat masam, sehingga membutuhkan amelioran (pembenah tanah) untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah.
Salah satu bahan pembenah tanah adalah dolomit, jenis kapur yang mengandung magnesium (Mg). Bagi ahli agronomi, magnesium dipahami sebagai inti penyusun klorofil yang bertanggung jawab pada proses fotosintesis yang berhubungan dengan produktivitas tanaman.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Husnain mengatakan tanah masam bisa dibenahi menggunakan dolomit atau kapur. Menurutnya, pemberian dolomit merupakan ilmu dari zaman dahulu kala. Di luar negeri juga belum ada obat manjur selain dolomit.
Di lahan masam, pihaknya selalu merekomendasikan tiga material yaitu dolomit atau kapur, bahan organik untuk lahan kering, kemudian pupuk berimbang. “Kita melihat dengan pemberian dolomit, hasil yang kita dapatkan akan jauh lebih tinggi dibandingkan tidak menggunakan dolomit,” ujar Husnain dalam talkshow Dolomit untuk Kesehatan dan Provitas Tanah yang digelar secara daring pada Selasa (8/12/2020).
Talkshow ini digelar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk memperingati Hari Tanah Sedunia 2020. Tahun ini, Hari Tanah Sedunia mengangkat tema, “Keep soil alive, protect soil biodiversity.”
Pada talkshow tersebut, Kepala Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Ladiyani R. Widowati memaparkan bahwa kesuburan tanah bisa dilihat dari tiga sisi yaitu kesuburan fisika, kimia dan biologi. Dolomit berpengaruh terhadap kesuburan fisika karena tanah menjadi gembur, mudah diolah, tinggi daya memegang air, serta sirkulasi udara baik.
Terkait kesuburan kimia, pemberian dolomit menyebaban pH tanah diperbaiki 5-7, unsur hara esensial lebih tersedia, dapat menyumbang Ca dan Mg, dan unsur yang meracuni tanah menurun. Sementara untuk kesuburan biologi, pemberian dolomit dapat meningkatkan aktivitas mikroba, meningkatkan ketersediaan hara, serta perbaikan struktur tanah.
“Sesuai dengan tema Hari Tanah Sedunia dolomit bisa menjadi salah satu pembaik tanah untuk kategori biologi tanah. Kalau pH sudah meningkat mikroba akan hidup lebih baik dan lebih nyaman sehingga bisa mengeluarkan eksudat atau produk lainnya yang bisa memperbaiki sistem perakaran sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik,” terang Ladiyani.
Saat menggunakan dolomit, Ladiyani mengingatkan untuk memperhatikan rambu-rambu diantaranya melihat rasio Ca dan Mg. “Jika melebihi dari 1 di tanah kita bisa menggunakan dolomit, tapi kalau kurang dari itu sebaiknya kita menggunakan kapur,” lanjutnya.
Penggunaan dolomit yang berlebihan bisa menyebabkan pH tanah melewati batas. Kondisi tersebut bisa menyebabkan defisiensi P, Fe, Mn dan boron, serta ada perubahan rasio K/(Ca+Mg). “Jika Ca dan Mg tinggi, otomatis K akan tertekan serapannya oleh tanaman,” terangnya.
Menurut Ladiyani, faktor reaksi tanah atau pH tanah berpengaruh terhadap produksi tanaman. Untuk mengukur kondisi pH tanah dan kebutuhan kapur, Balitbangtan sudah memiliki Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) dan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR). Perangkat ini, tuturnya, membantu kita untuk mengidentifikasi dan menyehatkan tanah.
Lahan masam di Indonesia sangat luas memerlukan penanganan secara tepat. Karena itu, menurut Ladiyani, kita harus bijaksana dalam memilih amelioran sesuai dengan karakteristik tanah. Dalam menentukan takaran amelioran juga harus memperhatikan target koreksi pH, jenis kemasaman, rasio ion-ion tanah, serta jenis tanaman.
“Selain itu, perlu pemahaman dan pengawalan kepada stakeholder terkait untuk penggunaan amelioran terbaik,” pungkasnya.
Talkshow tersebut juga menghadirkan Muhammad Syakir, Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi); Budi Mulyanto, Ketua Umum Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI); Adhie Widiharto dari PT Polowijo Gosari; Dwi Asmoro dari PT Sampoerna Agro Tbk.