Berkat Bujangseta, Pohon Jeruk Berbuah Sepanjang Tahun

Kota Batu, Technology-Indonesia.com – Masa panen jeruk yang terbatas dan serentak mengakibatkan harga jeruk menjadi jatuh dan kurang menguntungkan bagi petani, serta kualitas buah yang kurang bagus. Namun berkat sentuhan Bujangseta, permasalahan tersebut bisa diatasi. Penerapan teknologi Bujangseta menyebab pohon jeruk bisa berbuah sepanjang tahun.

Teknologi Bujangseta atau Buah Berjenjang Sepanjang Tahun dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) untuk meningkatkan produksi tanaman jeruk. Terobosan baru ini telah diterapkan di Kebun Percobaan (KP) Banaran, Kota Batu, Jawa Timur, sejak pertengahan 2015.

KP Banaran yang merupakan satu unit kerja di bawah naungan Balitjestro ini terletak di Dukuh Banaran, Desa Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. KP Banaran memiliki potensi lahan 1,2 hektar pada ketinggian 950 meter dari permukaan air laut dengan jenis tanah Latosol dengan iklim tipe D serta menggunakan sistem irigasi teknis dan non teknis. Pada lahan tersebut dikembangkan sekitar 1200 tanaman jeruk yang terdiri dari empat varietas yaitu Siam Pontianak, Manis Pacitan, Keprok Batu 55, dan Dekopon Sambilulungan.

“Hasil penerapan Bujangseta, produksi tanaman jeruk mengalami peningkatan luar biasa dan dapat dipanen 5 kali dalam setahun dengan interval 2 sampai 3 bulan sekali. Biasanya panen jeruk hanya 1 sampai 2 kali dalam setahun. Istilahnya kalau bisa panen 4-5 kali mengapa harus panen sekali,” kata Ady Cahyono Kepala KP Banaran pada Kamis (5/7/2018).

Lebih lanjut Cahyono menerangkan, teknologi Bujangseta merupakan kombinasi dari manajemen kanopi, manajemen nutrisi, serta manajemen pengendalian hama dan penyakit. Manajemen kanopi atau pemangkasan bertujuan menyeimbangkan pertumbuhan tunas vegetatif dan generatif. Pemangkasan juga dilakukan untuk memotong cabang yang sakit dan mengurangi kelembaban yang terlalu tinggi.

“Tanpa pemangkasan akan muncul tunas generatif saja sehingga buahnya semusim. Pemangkasan dilakukan untuk menyeimbangkan tunas vegetatif untuk pertumbuhan serta tunas generatif untuk munculnya bunga dan buah,” terang Cahyono yang dipercaya mengelola KP Banaran sejak 2013.

Ady Cahyono, Kepala KP Banaran menunjukkan fase-fase buah pada tanaman jeruk yang menerapkan teknologi Bujangseta.

Selanjutnya adalah manajemen nutrisi dengan cara mengubah pola aplikasi pemupukan. Pemupukan biasanya menggunakan cara pemupukan padat menggunakan pupuk NPK sebanyak 3 sampai 4 kali setahun. Melalui Bujangseta, pola pemupukan diubah dengan cara kombinasi antara pupuk NPK padat dengan pupuk yang dicairkan.

Cara aplikasinya melalui pemberian 500 gram pupuk NPK padat pada tanaman jeruk berumur lima tahun. Setelah 1,5 bulan, aplikasikan 1000 gram pupuk NPK dan 250 gram pupuk ZA yang dicairkan ke dalam air 200 liter. Larutan yang sudah jadi diaplikasikan pada 10 tanaman dengan cara dikocorkan secara merata di bawah tajuk tanaman. Pemberian pupuk NPK padat dilakukan lagi setelah 1,5 bulan, begitu juga dengan pemberian pupuk cair.

“Awalnya rekomendasi pemupukan padat selama tiga kali dengan hasil buah muncul hanya 1 kali semusim. Setelah kita ubah polanya menjadi padat-cair-padat-cair, ternyata memunculkan bunga. Trigger-nya pada saat pemupukan cair, bunganya lebih banyak daripada saat diberikan pupuk padat,” terang Cahyono.

Selain pola pemupukan tersebut, aplikasikan 50 gram pupuk MgSO4 (Kieserite) yang dilarutkan pada 20 liter air pada saat umur buah 15 dan 25 minggu setelah bunga mekar. Tujuannya untuk meningkatkan kadar rasa manis buah saat masak fisiogis. Pemberian pupuk Kieserite akan meningkatkan kadar rasa manis yang semula hanya 7-8 brix menjadi 10,5-11 bri.

Dengan manajemen pemupukan ini, dari sisi kesehatan, tanaman jeruk nampak lebih segar. “Ternyata tanaman jeruk tidak membutuhkan pupuk yang berlebihan dengan teknik waktu yang pendek. Namun tanaman jeruk ini membutuhkan pupuk sedikit demi sedikit tapi unsur hara selalu terpenuhi,” terang Cahyono.

Terakhir yang tak kalah penting adalah manajemen pengendalian hama dan penyakit. Menurut Cahyono, pada saat buah jeruk terus ada, biasanya siklus hama menjadi tidak terkendali. Karena itu pada saat buah sudah berjenjang, kita harus tahu faktor penentu agar buah jeruk tetap mulus.

Pada saat bunga mekar yang harus dikendalikan adalah hama Thrips (Scirtothrips citri) yang menyerang saat bunga mekar. “Karena itu 1 sampai 2 kali kita semprot dengan pestisida berbahan aktif abamectin sehingga hama Thrips bisa tertekan. Selanjutnya kita pakai pestisida murah untuk menghidari buah burik kusam yang menyebabkan harga menjadi jatuh,” terangnya.

Menurut Cahyono, dengan pemberlakuan teknologi Bujangseta, rata-rata tanaman jeruk di KP Banaran bisa mencapai 8 fase mulai dari bunga, bakal buah, buah sebesar bola bekel, buah menjelang masak, hingga buah masak. Produktivitasnya juga mengalami peningkatan dua kali lipat.

“Biasanya sekitar 40 kg/pohon/tahun pada umur tanaman 5 tahun. Sekarang kita bisa panen 80 kg, bahkan ada yang 125 kilo dengan lima kali panen,” ungkap Cahyono

Selain di KP Banaran, lanjutnya, teknologi Bujangserta telah diujicoba dalam skala lebih luas di Banyuwangi, Jawa Timur pada lahan seluas 20 hektar. Hasilnya, petani yang mengelola lahan tersebut bisa panen 5 kali selama setahun.

“Kelebihan dari Bujangseta, kita bisa menyediakan buah jeruk sepanjang tahun sehingga harapannya impor jeruk bisa dikurangi. Selain itu tidak membutuhkan cold storage yang terlalu besar, sebab jeruk segar selalu siap,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author