Serpong, Technology-Indonesia.com – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan riset harus menjadi tulang punggung kemajuan bangsa Indonesia. Salah satu tugas Kemenristekdikti adalah mengembangkan riset nasional.
“Selama ini riset dirasa hanya menghabiskan anggaran karena pendekatannya supply side. Riset ke depan harus demand side, artinya kebutuhan industri kebutuhan dan kebutuhan masyarakat itu apa. Mulai dari high teknologi sampai teknologi tepat guna, harus kita kembangkan bersama-sama,” tutur Menristekdikti seusai menghadiri Diskusi Dewan Riset Nasional (DRN) bersama Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) di Auditorium Graha Widya Bhakti, Kawasan Puspiptek, Serpong pada Senin (6/8/2018).
Saat ini, ekonomi di Indonesia bertumbuh masih berbasis pada sumber daya alam. Menurut Menristekdikti, ekonomi akan baik memberikan nilai tambah yang tinggi kalau berbasis pada ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.
Kemenristekdikti, lanjutnya, atas nama pemerintah saat ini sedang mengajukan RUU Sistem Inovasi Nasional kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). RUU tersebut mencakup sistem riset sampai menjadi industri.
“Kami sudah mendapatkan Peraturan Presiden No 38 nomer 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional yang akan di-blended dengan Undang-Undang sehingga mempunyai kekuatan baru. Saya sebagai menteri mencoba membuat suatu model masterplan terhadap riset ini,” terangnya.
Menristekdikti berharap masterplan ini bisa berkembang dan akan monitor dari tahun ke tahun setiap lima tahun sekali. Sebab, riset harus berbasis dari perencanaan yang baik. Tahapannya harus jelas, jangan sampai sudah maju, mundur lagi.
Mengenai perkembangan pembahasan RUU Sistem Inovasi Nasional, Menristekdikti mengungkapkan, Kemenristekdikti sudah mengajukan beberapa daftar isian masalah (DIM). Salah satunya bagaimana mengintegrasikan riset dan siapa yang bertanggung jawab terhadap riset tersebut.
“Ke depan jika sudah terintegrasi, seluruh kementerian dan lembaga mengacu pada itu,” pungkasnya.
