Denpasar, Technology-Indonesia.com – Tingginya kasus penyakit menular (infeksi) yang masih membayangi Indonesia menjadi salah satu tantangan pembangunan kesehatan nasional. Satu penyakit yang menjadi concern pemerintah adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).
Masih tingginya angka kematian yang disebabkan infeksi virus dengue ini membuat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berupaya menghasilkan inovasi yang bisa mendeteksi secara dini gejala tersebut. Deteksi dini diperlukan agar penderita DBD bisa mendapatkan penanganan yang cepat sehingga angka kematian bisa ditekan.
Beberapa produk import Kit Rapid Test Dengue memang telah beredar di pasaran. Produk impor ini memiliki kandungan bahan aktif dari luar dan harganya cukup mahal. Karena itu, BPPT mengembangkan produk Rapid Test Dengue dengan menggunakan strain virus lokal untuk memberikan hasil yang lebih spesifik serta harga yang jauh lebih terjangkau bagi masyarakat.
Kepala BPP Hammam Riza mengatakan bahwa inovasi Kit Rapid Test Dengue ini merupakan jawaban dari arahan yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Terbatas Kabinet yang membahas mengenai Pembangunan Kesehatan Nasional pada 21 November 2019.
“Pak Presiden mengatakan pembangunan kesehatan masyarakat ke depan agar lebih diarahkan pada upaya prevensi (pencegahan penyakit, termasuk deteksi dini),” ujar Hammam saat acara Serah Terima Teknologi Industri Bahan Baku Kit Rapid Test Dengue di Denpasar, Bali, pada Rabu (11/12/2019).
Selain itu, ketergantungan impor Bahan Baku Obat (BBO) yang mencapai angka 95% tidak boleh dibiarkan berlangsung lama. Hasil-hasil riset juga diharapkan agar segera didorong masuk ke industri dan insentif riset pun harus dimanfaatkan secara maksimal. “Menjawab arahan (tantangan) Presiden tersebut, BPPT telah melaksanan kegiatan pengkajian teknologi produksi Kit Rapid Tes Dengue,” jelasnya.
Inovasi teknologi Industri Kit Rapid Test Dengue dikembangkan BPPT melalui Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, Kedeputian Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB). Deteksi dini dibutuhkan untuk mencegah keterlambatan penanganan pasien dan dapat menekan jumlah kematian pasien DBD.
Ada tiga tahapan utama dalam inovasi teknologi ini, yakni pengembangan teknologi produksi bahan baku aktif Kit Rapid Test Dengue, formulasi sediaan strip Kit Rapid Test Dengue serta transfer teknologi, up scaling, registrasi dan komersialisasi bersama mitra industri. Pada kesempatan tersebut BPPT menyerahkan dokumen Teknologi Industri Bahan Baku KIT Rapid Test Dengue kepada mitra industri, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Selanjutnya akan dilakukan tahapan proses registrasi, produksi dan Komersialisasi Kit Rapid Test Dengue sebagai bagian dari upaya dalam menghadirkan produk Kit Rapid Test Dengue sebagai produk dalam negeri untuk substitusi impor. “Ini sebagai bagian dari tahapan alih teknologi dalam rangka kerjasama hilirisasi (komersialisasi) teknologi industri Kit Rapid Test Dengue,” kata Hammam.
Dalam kegiatan tersebut, BPPT turut berkolaborasi dan didukung oleh Badan Litbang Kementerian Kesehatan dan PT. Hepatika Mataram. BPPT telah melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi produksi BBO pada periode 2015-2019. Hal ini dilakukan untuk mendorong upaya dalam mengurangi ketergantungan impor.
Kaji terap teknologi produksi itu pun telah dilakukan pada sejumlah BBO, mulai dari antibiotik amoksilin hingga obat herbal. “Diantaranya antibiotik amoksisilin, sefalosporin, garam farmasi, dekstrosa monohidrat, produk biofarmasi dan obat herbal,” papar Hammam.
Pada acara yang dihadiri Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro tersebut, BPPT juga akan melakukan Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT. Kimia Farma untuk percepatan hilirisasi dan inovasi beberapa teknologi BBO prioritas.
“Kegiatan dan kesepahaman ini merupakan landasan dan penguat bagi BPPT dan PT. Kimia Farma dalam rangka pelaksanaan program flagship nasional BBO periode 2020-2024,” pungkas Hammam.