Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia mempunyai cita-cita besar untuk menjadi higher income country pada tahun 2045 bertepatan dengan perayaan 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara untuk mencapai cita-cita tersebut adalah melalui pendekatan ekonomi berbasis inovasi
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/ Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan strategi nasional untuk mendorong lahirnya ekonomi berbasis inovasi harus dimulai dengan memanfaatkan semaksimal mungkin ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sebagai penghela pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
“Artinya ekonomi kita tidak boleh hanya bergantung pada ekstraksi sumber daya alam, baik itu hasil pertanian maupun hasil tambang. Tapi dengan sentuhan teknologi dan sentuhan ilmu pengetahuan maka kita harus bisa menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam yang kita miliki tersebut,” kata Menristek saat menjadi pembicara dalam webinar yang diinisiasi oleh Asosiasi Big Data & AI (ABDI) dengan tema Strengthening Research & Innovation with AI (Artificial Intelligence) to Foster Economic Recovery pada Rabu (19/8/2020).
Untuk bisa memanfaatkan iptek secara optimal, terangnya, kita perlu melakukan pendanaan riset dan inovasi. Indonesia saat ini mempunyai pengeluaran atau investasi di bidang research and development (R&D) sebesar 0,25% dan GDP (gross domestic product), sangat jauh di bawah standar misalkan Korea Selatan diatas 4%.
Dana R&D tersebut 80%-nya dikontribusikan dari APBN, artinya partisipasi swasta masih kurang. Karena itu, Menristek berharap perusahaan swasta lebih berpartisipasi dalam kegiatan R&D terutama di dalam product development.
Selain itu, masyarakat juga perlu ditingkatkan kemampuannya untuk mengadopsi teknologi dan inovasi. “Kita jadikan inovasi menjadi suatu spirit atau semangat yang muncul di kalangan masyarakat. Karena hanya dengan menjadi masyarakat inovatif-lah kita bisa menciptakan negara maju,” tuturnya.
Untuk itu, beberapa strategi yang dilakukan Kemenristek/BRIN pada lima tahun kedepan adalah fokus pada riset atau inovasi yang menghasilkan teknologi tepat guna. Sebab, mayoritas masyarakat Indonesia masih banyak yang bergantung pada sektor pertanian, tinggal di pedesaan, dan banyak yang status usahanya UMKM.
“Mereka sangat membutuhkan inovasi yang tepat guna. Sentuhan teknologi tepat guna yang langsung berdampak kepada kehidupan sehari-hari dan produktivitas bisnis mereka,” ungkapnya.
Strategi selanjutnya, menekankan komersialisasi dan peningkatan nilai tambah sumber daya alam. Dengan inovasi dan teknologi, maka sumber daya alam bisa menciptakan nilai tambah berpuluh bahkan beratus kali lipat sehingga bisa menyejahterakan jauh lebih banyak masyarakat. Pihaknya juga mendorong inovasi untuk mengurangi impor dan peningkatan produk lokal.
Kebijakan lain yang harus didorong dalam penguatan inovasi adalah penguasaan frontier technology agar Indonesia tidak boleh hanya menjadi market dalam Revolusi Industri 4.0. Indonesia harus bisa menjadi player misalnya dalam artificial intelligence.
“Indonesia harus bisa menjadi player, salah satunya dalam kecerdasan artifisial. Kami mengapresiasi inisiatif yang dilakukan ABDI dan berbagai pihak agar kecerdasan artifisial mulai mewarnai kegiatan ekonomi di Indonesia di berbagai sektor,” ujar Menristek.
Menurut Menteri Bambang, salah satu teknologi yang bisa masuk kedalam semua sektor secara simultan adalah teknologi digital. Salah satunya AI yang menjadi bagian dari Revolusi Industri 4.0. Misalnya di bidang kesehatan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang mengembangkan AI sebagai alternatif dari penanganan Covid-19 yang dilaksanakan secara konvensional.
Di akhir paparannya Menristek/Kepala BRIN mengungkapkan bahwa kecerdasan artifisial di Indonesia harus bermanfaat bagi masyarakat, mampu menciptakan efisiensi dalam perekonomian, dan mampu menjadi dasar keunggulan inovasi Indonesia di masa depan.
“Pada akhirnya kita harus memikirkan bahwa kecerdasan artifisial di Indonesia: pertama, langsung bermanfaat buat masyarakat; kedua, harus bisa menciptakan efisiensi dalam perekonomian; dan ketiga, harus bisa menjadi dasar dari keunggulan inovasi kita di masa depan,” pungkasnya.
Turut hadir dalam webinar ini Kepala BPPT, Hammam Riza; Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam; Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier; Kepala Pusat AI Institut Teknologi Bandung, Ayu Purwarianti; Ketua ABDI, Rudi Rusdiah; CEO Huawei Indonesia, Jacky Chen; dan Direktur AI ISV Ecosystem Dev. Asia Pacific CBD Huawei, Don Low.
Menristek Dorong Kecerdasan Artifisial Sebagai Dasar Keunggulan Inovasi Indonesia
