Jakarta, Technology-Indonesia.com – Maraknya industri kendaraan listrik membuat penelitian mengenai baterai dan sistem manajemennya makin banyak dilakukan. Periset di Badan Riset dan Inovasi Nasional saat ini sedang mengembangkan Desain Perlindungan Termal Battery Pack Memanfaatkan Bahan Cerdas Penyerap Kalor.
Alexander Christantho Budiman merupakan salah satu periset BRIN di Pusat Riset Teknologi Transportasi (PRTT), Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) yang terjun langsung ke dalam bidang riset tersebut. Pria kelahiran Sydney, 14 Oktober 1988 ini memiliki ketertarikan pada bidang Teknik Mesin dan Sistem Thermo-Fluida Kendaraan.
Meraih gelar Doktor Teknik Mesin dari National University of Singapore pada 2016 di usia yang cukup muda yaitu 28 tahun, membuat pria yang akrab disapa Alex tersebut sadar bahwa ilmu yang dimilikinya harus segera diaplikasikan sehingga dapat memberi banyak manfaat bagi masyarakat secara luas. Latar belakang pendidikannya membuat ia turut aktif memberikan kontribusi positif dalam riset di BRIN.
Tahun ini, Alex menjadi Ketua Kegiatan Desain Perlindungan Termal Battery Pack Memanfaatkan Bahan Cerdas Penyerap Kalor dimana dana kegiatan tersebut berasal dari Rumah Program Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN. Dia menceritakan tujuan dari kegiatan tersebut.
“Riset ini secara spesifik bertujuan untuk mendesain dan mengevaluasi sistem perlindungan termal metode pasif untuk pak baterai kendaraan listrik,” ujar pria yang memiliki keahlian di bidang Eksperimental Mekanika Fluida dan Perpindahan Kalor.
“Kami berfokus untuk menggunakan atau mengeksplorasi bahan lain, yaitu bahan cerdas penyerap kalor dengan menggandeng mitra, seperti dari Institut Teknologi Bandung yang bekerja di pembuatan material tersebut,” imbuhnya
Pada dasarnya kegiatan tahun 2023 ini baru berjalan sekitar 50%, karena material yang dibutuhkan dalam riset ini baru selesai dibuat oleh mitra.
“Di bulan Agustus ini baru akan kita buat kompositnya, kemungkinan besar pengambilan data pengujian akan kita dilakukan pada bulan September atau Oktober,” katanya.
Alex menuturkan bahwa material yang digunakan dalam riset ini berbasis senyawa kompleks yang memiliki ciri khas yaitu akan berubah sifat ketika ada perubahan temperatur.
Bahan-bahan tersebut digabungkan dengan Phase Change Materials (PCM), seperti parafin, yang akan berubah fasa ketika terdapat perubahan suhu. Gabungan PCM dan senyawa kompleks ini diharapkan dapat membantu menyerap kalor yang dikeluarkan oleh baterai ketika kendaraan sedang beroperasional.
“Nantinya diharapkan secara visual pun dapat terlihat adanya perubahan warna sehingga kita akan langsung mengetahui apakah suhu permukaan baterai sudah melewati ambang batas yang diperbolehkan atau masih berada pada batas normal,” jelasnya.
Baterai yang digunakan dalam riset ini adalah lithium 18650 dan 21700 yang sudah umum digunakan pada kendaraan listrik. Modul baterai tersebut dirakit oleh Alex dan tim, lalu ditambahkan dengan sistem manajemen termalnya. Idealnya, melalui desain ini, diharapkan tidak akan ada kenaikan suhu yang telalu tinggi.
“Dengan adanya keterbatasan bahan yang kita miliki, jika suhu baterai dapat dijaga pada rentang 40-50 derajat sudah bagus. Semoga suhunya tidak sampai 50 ke atas,” tuturnya menetapkan angka tersebut sebagai target.
“Untuk pengujiannya baru sebatas melakukan uji performa pada desain pelindung ini; ke depannya diharapkan bisa dilakukan pengujian langsung pada kendaraan listrik di Bandung,” imbuh pria alumni ITB ini.
Sejak dalam proses persiapan risetnya, Alex dan tim telah menghadapi beberapa tantangan. Tantangan di lapangan lebih ke faktor nonteknis.
“Estimasi kami dua hingga tiga bulan pertama material sudah diterima, namun ternyata materialnya datang terlambat, bahkan sampai sekarang pun belum 100% kami terima. Namun kami tetap bersyukur karena material yang harganya relatif lebih mahal sudah kami terima,” ungkapnya.
Hasil yang diharapkan dalam riset ini adalah keberhasilan sesuai dengan target temperatur yang dipatoknya. Ke depannya ia juga berharap keluaran riset ini dapat dijadikan prototipe untuk industri, selain menghasilkan Karya Tulis Ilmiah (KTI), dan dapat dipatenkan.
Untuk riset yang dilakukan dalam skala laboratorium, lanjutnya, riset ini memiliki prospek yang bagus. Ia dan tim optimis peningkatan performa battery pack bisa dicapai.
“Namun bila kita bicara mengenai integrasinya ke kendaraan listrik, sepertinya tahapannya masih panjang, karena tentunya membutuhkan berbagai macam keluaran riset pendukung lainnya. Rencana jangka panjangnya kita memiliki goal untuk bisa mendukung perkembangan riset dan inovasi kendaraan listrik secara nasional,” pungkasnya. (Sumber brin.go.id)