Jakarta, Technology-Indonesia – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus berupaya mengembangkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) agar lebih bernilai manfaat dan berdaya guna bagi masyarakat luas serta dapat berfungsi sebagai penghela pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satunya dengan mendorong penguatan ekosistem TMC.
“Teknologi terus berkembang. Demikian pula dengan TMC. Namun demikian kami menyadari bahwa dalam fase perkembangannya masih terdapat beberapa kekurangan dalam implementasi TMC yang perlu disempurnakan,” kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Penguatan Ekosistem TMC Mitigasi Banjir Jabodetabek” di Jakarta pada Jumat (24/1/2020).
FGD ini, lanjut Hammam, merupakan ajang saling bertukar informasi, bertukar pikiran, berdiskusi dan saling memberikan masukan terkait pelaksanaan operasi TMC sejak 3 Januari 2020 yang bertujuan mengurangi intensitas curah hujan yang berpotensi menjadi penyebab banjir di wilayah Ibukota dan sekitarnya.
“Karena itu, salah satu tujuan dari penyelenggaraan acara Focus Group Discussion pada hari ini adalah untuk menjaring sejumlah pertanyaan, kritik, saran maupun masukan dari sejumlah pihak dengan harapan dapat dijadikan sebagai feedback bagi kami untuk memperkuat titik-titik lemah yang masih ada,” tutur Hammam.
Selain itu, pihaknya juga memerlukan tindak lanjut dari operasi TMC agar tidak hanya berjalan pada saat-saat terkena atau terdampak banjir. “Bagaimana ke depannya kita bisa melakukan pencegahan banjir dengan lebih awal sehingga banjir seperti tanggal 1 januari 2020 itu tidak terjadi lagi di Jakarta maupun daerah lain,” lanjutnya.
Dalam mengembangkan dan memperkuat TMC, BPPT memerlukan dukungan dari sejumlah pihak. Untuk itu, pihaknya menganggap perlu adanya ekosistem TMC agar kemajuan TMC bisa semakin diakselerasi.
“Karenanya perlu dibangun ekosistem yang melibatkan semua stakeholder karena kita melaksanakan TMC ataupun rekayasa cuaca untuk mitigasi banjir itu melibatkan banyak stakeholder seperti BNPB, BMKG yang memberikan prakiraan cuaca, dan TNI AU yang menyediakan pesawat udara,” terangnya.
Hammam berharap forum FGD ini dapat menjadi kanal penyaluran yang tepat agar segala pertanyaan, kritik, maupun saran dan masukan yang terjaring dalam sesi diskusi dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi BPPT untuk dapat terus menguatkan inovasi serta mengembangkan aplikasi dan pemanfaatan TMC di Indonesia.
Sejarah TMC
Sejarah perkembangan TMC di Indonesia bermula dari gagasan Presiden RI ke-2, Soeharto, yang menginginkan dilaksanakannya kegiatan hujan buatan di Indonesia untuk memberikan dukungan kepada sektor pertanian di Indonesia. Presiden Soeharto ingin mencontoh keberhasilan sektor pertanian di Thailand, yang melakukan aktivitas hujan buatan untuk mendukung kebutuhan air untuk sektor pertaniannya.
Gagasan tersebut direspon BJ Habibie (founding father BPPT) yang saat itu menjabat sebagai Penasihat Presiden Bidang Teknologi dengan melakukan proyek percobaan hujan buatan pada tahun 1977 di daerah Bogor, Sukabumi dan Solo dibawah asistensi Prof. Devakul dari Royal Rainmaking Thailand.
Awalnya penerapan TMC di Indonesia yang dimulai sejak era tahun 1979 lebih banyak ditujukan untuk mengatasi dampak negatif bencana kekeringan, seperti pengisian waduk-waduk strategis untuk kebutuhan air irigasi ataupun PLTA. Namun belakangan, dengan semakin meningkatnya frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi di Indonesia, maka TMC mulai banyak dimanfaatkan pula untuk penanganan bencana. Misalnya, bencana kabut asap kebakaran hutan dan lahan yang hampir terjadi setiap tahun saat musim kemarau tiba, ataupun bencana banjir seperti yang sedang dilakukan di wilayah Jabodetabek. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, TMC juga mulai kerap dimanfaatkan untuk tujuan mendukung acara kenegaraan dan pengamanan infrastruktur nasional.
Operasi TMC pengurangan curah hujan untuk mitigasi banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada 2020 merupakan yang ketiga kalinya dilakukan BPPT. Sebelumnya pernah melakukan hal yang sama pada tahun 2013 dan 2014, atas permintaan Gubernur DKI Jakarta yang waktu itu dijabat Joko Widodo melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Adapun secara regulasi, peran BPPT melalui pelaksanaan TMC untuk tujuan mitigasi banjir dan tanah longsor telah tertuang dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor.